Sabtu, 14 Juni 2008

Bohong dikit napa?


II Tawarikh 15:7

Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu!"

Raja Asa adalah seorang keturunan Daud, ia salah satu raja yang melakukan apa yang baik dan yang benar di mata Tuhan. Di masa pemerintahannya ia selalu bersandar kepada Tuhan, menghancurkan segala berhala yang dibangun oleh raja-raja sebelum dia, sehingga hidupnya diberkati Tuhan, hidupnya penuh kedamaian, selalu menang dalam peperangan. Tetapi di akhir hidupnya ia mengalami keterpurukan, ia tidak lagi bersandar kepada Tuhan, ia bersandar kepada pengertiannya sendiri akibatnya Tuhan kecewa, hidupnya tidak damai mulai muncul peperangan. Sampai kematiannya ia tidak mau meminta pertolongan Tuhan tetapi mengandalkan diri sendiri dan manusia.

Kejatuhan raja Asa dimulai ketika ia berpikir untuk berdamai dengan raja Aram dan meminta raja Aram untuk membantu mengatasi musuhnya, dengan memberi raja Aram ‘upeti’. Memang strateginya berhasil, ia terbebas dari musuhnya.

Mengapa Tuhan kecewa?

Tuhan kecewa karena sebenarnya Tuhan telah merancang akan menyerahkan semua musuh termasuk raja Aram sendiri ke dalam tangan raja Asa.

Pada waktu raja Asa menghadapi tentara Etiopia dan Libia yang besar jumlahnya, raja Asa dengan iman berseru kepada Tuhan agar menolongnya untuk meraih kemenangan, dan Tuhan mengabulkannya. Tetapi ketika raja Asa menghadapi situasi yang sama saat menghadapi raja Israel dan raja Aram, ia tidak berseru kepada Tuhan, tetapi justru memohon raja Aram untuk tidak melawannya dan membantunya melawan raja Israel.

Di sini tersirat bahwa raja Asa takut kepada musuhnya, kuatir akan keselamatannya, ia lupa bahwa Tuhan pernah menolongnya menghadapi situasi yang lebih berat, ia mengabaikan Tuhan. Mungkin ia berpikir dengan apa yang ia miliki mampu mewujudkan tujuannya, ia memberi raja Aram emas dan perak, pikirnya ia membantu Tuhan untuk mewujudkan doanya (saya percaya bahwa raja Asapun berdoa kepada Tuhan) agar hidupnya penuh kemenangan dan kedamaian yang selama ini dirasakan.

Tindakan raja Asa sering kali kita lakukan. Doa selalu kita panjatkan kepada Tuhan dan Tuhan mengabulkannya karena kitapun selalu bersandar kepadaNya. Tetapi sering kali kebodohan/kesalahan kita lakukan juga untuk ‘membantu’ terwujudnya keinginan, dan menganggap itu semua adalah berkat Tuhan.

Ilustrasi 1:

Kita mencari kerja, tes demi tes kita jalani dengan kesungguhan, doa terus dipanjatkan, sampai suatu ketika muncul kekuatiran kita akan gagal, tidak lagi 100% percaya doa akan dijawab Tuhan, akhirnya memutuskan memberikan uang pelicin, padahal Tuhan telah merancang kita diterima kerja tanpa harus membayar!! Kita telah berbuat dosa, namun tidak sadar (menganggap itu hal biasa, banyak orang melakukannya), dan masih berani berkata Tuhan memberi berkat berupa pekerjaan kepadaku!

Ilustrasi 2

Seorang salesman ditarget dapat menjual 1.000 produk oleh perusahaan tempat kerjanya., karena ia seorang yang takut Tuhan, iapun berdoa supaya target dapat tercapai. Tuhan pun menjawab doanya, bulan-bulan berikutnya target selalu terpenuhi. Perusahaanpun membebaninya dengan target yang lebih tinggi, 1.100. Ia pun seperti biasa berdoa dan bekerja dengan lebih giat lagi, “Puji Tuhan, targetku tercapai!!” soraknya ketika target bulan ini tercapai. Begitu seterusnya, sampai perusahaan menaikkan target yang harus dicapainya, 1.250.

Ia terus berusaha dan ternyata melebihi target, ia mampu menjual 1.500, tetapi mulailah muncul kekuatiran dalam dirinya, bagaimana jika perusahaan menaikkan lagi target penjualan? Tentunya ia harus bekerja dengan lebih keras lagi bukan?

Lalu ia berpikir, mencoba mengikuti saran atau kebiasaan orang, bagaimana caranya target tidak dinaikkan sehingga ia tidak kerja semakin keras, toh gaji yang diterima sudah banyak, dan tentunya lebih mudah memenuhi target seperti sekarang.

Caranya ia melaporkan penjualan bulan ini sesuai target, dan sisa penjualannya dilaporkannya bulan depan, jadi ia masih memiliki ‘tabungan’ untuk mengantisipasi jika penjualan bulan depan tidak memenuhi target. Benar juga, target tetap dapat tercapai dan ia merasa diberkati Tuhan.

Tetapi apakah cara seperti ini benar di mata Tuhan?

Walaupun hasilnya sama yaitu targetnya tercapai, saya berani menjawab itu salah!! Tuhan tidak berkenan. Mengapa?

1. Sudah berbohong, menipu, tidak jujur, memanipulasi data penjualan, seharusnya mampu menjual 1.500 tetapi dilaporkan 1.250, walaupun secara perhitungan total seluruh penjualan akan tetap sama.

2. Perusahaan mungkin berencana untuk menaikkan produksinya, tetapi dengan laporan itu mungkin rencana tersebut batal, ia tidak dapat menjadi berkat di tempat kerjanya!!

3.
Ia sendiri dapat menanggung rugi, apabila harga produk tersebut naik.

4.
Menghalangi berkat Tuhan. Mungkin Tuhan telah merencanakan berkat yang sangat besar baginya, berupa perusahaan akan memberi gaji yang lebih besar, promosi jabatan dan sebagainya. Tetapi karena laporannya itu, perusahaan tidak jadi menaikkan gajinya, tidak ada promosi baginya.

5. Ia kuatir, ia meragukan Tuhan, tidak lagi 100 % percaya kepada kemampuan Tuhan, sehingga memilih caranya sendiri yang dianggap masuk akal.

Janganlah membohongi diri sendiri, walaupun itu hanya sedikit, yang namanya berbohong/tidak jujur baik ‘yang besar’ atau ‘yang kecil’, tetap saja itu dosa.

Beranikah kita selalu bersandar kepada Tuhan apapun situasi yang dihadapi?

Matius 6:34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."

Tidak ada komentar: