Selasa, 29 Juli 2008

Inikah Iman atau Pemaksaan Kehendak?

Sudah bertahun-tahun saya berdoa agar setelah bekerja saya dapat mempunyai rumah sendiri dan membahagiakan kedua orang tua, mengingat rumah yang kami tempati selama ini bukanlah rumah kami, kami hanya menumpang

Saya juga berdoa agar saya segera menemukan pasangan hidup, menikah, berbahagia, memberi cucu lagi kepada orang tua (kedua kakak sudah berkeluarga dan telah memiliki anak), dan doa-doa lain seputar masalah ini.

Tak ketinggalan juga saya memiliki harapan agar suatu saat nanti, saya dapat juga memiliki anak asuh, saya ingin menjadi ayah angkat mereka, saya ingin menyekolahkan mereka dan hal-hal lain lagi yang tentunya terdengar sangat mulia bukan? (Walaupun saat ini saya sudah ikut memberi persembahan khusus bagi TK Kristen di gereja saya, tapi saya nilai itu belum cukup, baik belum cukup nilai uangnya dan tentunya belum banyak anak yang terbantu).

Tetapi kenyataannya semua doa itu belum dijawab Tuhan.

Pikirku, bukankah semua doaku, permintaanku, rencanaku adalah hal-hal yang baik dan mulia? Punya rumah untuk membahagiakan orang tua, menolong anak-anak kurang mampu, dan menikah/berkeluarga bukankah juga salah satu amanatNya? Mengapa belum juga Tuhan kabulkan?

Lama saya merenungkan hal ini, sampai akhirnya saya mulai menemukan titik terang apa yang Tuhan mau atas hidupku, mengapa doaku belum dijawabNya?

Beberapa bulan lalu tepatnya bulan April 2008, bukannya rumah yang saya dapat ternyata saya menerima motor inventaris kantor, suatu berkat Tuhan yang tak pernah saya pikirkan (karena saya sudah punya motor, jadi tak berharap punya motor baru).

“Mengapa Tuhan justru memberi motor kepada saya, bukankah rumah yang kami butuhkan, lalu motorku sendiri mau diapakan?” demikian protesku.

Tapi Tuhan berencana lain, ternyata kakakku membutuhkan motor satu lagi, mengingat istrinya juga bekerja dan mereka hanya punya satu motor jadi selama ini dari sisi transportasi agak merepotkan.

Berkat yang luar biasa bukan? Tuhan mengerti kebutuhan kakak saya, ternyata Tuhan memakai saya untuk dapat mengatasi masalah transportasinya.

Masalah jodoh juga membuat saya gelisah, kenapa belum ada yang mau?

Apakah karena penampilanku kurang meyakinkan? (gak ganteng gitu loh)

Apakah karena masalah ekonomi yang belum mapan, belum punya rumah, belum punya mobil, belum punya ini dan itu?

Apakah karena bukan aktivis gereja (secara rohani dipertanyakan)?

Apakah karena bukan pribadi yang bisa dipercaya?

Setelah saya renungkan ternyata baru saya sadari bahwa saat ini diriku menjadi tumpuan hidup kedua orang tua. Mengingat mereka sudah tidak bekerja, tidak ada uang pensiun, mereka mau makan dari mana jika saya cepat-cepat nikah (walaupun umurku sudah kepala 3 loh!)? Saat ini adalah giliranku, kewajibanku untuk merawat dan memenuhi kebutuhan orang tuaku, hal ini dulu dilakukan juga oleh kedua orang kakakku

Dari point inilah saya ambil tekad untuk tidak mau lagi memaksakan kehendak, tak mau lagi memaksa agar Tuhan lakukan persis apa yang saya minta, saya tak mau lagi membatasi kuasa Tuhan. Saya mengimani bahwa rencanaNya adalah jauh lebih baik dan benar dari rencanaku.

Tentunya saya tetap berdoa, tetapi tidak “ngotot” seperti dulu (jika sepertinya bukan jawaban yang saya doakan saya langsung kecewa dan menolaknya), karena saya yakin setiap kesempatan yang diberikan Tuhan patut saya jalani dan syukuri, mungkin itu adalah jawaban atas segala doaku, mungkin saja hanya “bungkusnya” yang berbeda tetapi isinya adalah terkabulnya doaku atau bahkan lebih dari doaku.

Saya tetap mengimani bisa punya rumah, kalau toh tidak punya rumah di bumi saya punya rumah di surga.

Saya mengimani ada seorang gadis yang mau mencintai, menerima keadaan saya apa adanya, menerima kekurangan (jasmani & rohani) saya, percaya bahwa saya sanggup membahagiakannya dan saya menunggu waktu terbaiknya Tuhan.

Saya mengimani bahwa saya bisa berbuat sesuatu untuk kemuliaan Tuhan, walaupun itu baru bisa saya mulai dengan perbuatan-perbuatan kecil dan sederhana saja.

Bagaimana dengan Anda apakah IMAN atau PEMAKSAAN KEHENDAK yang Anda miliki?

Tidak ada komentar: