Jumat, 26 September 2008

Lama menunggu ya…???


Hampir saja aku melakukan kesalahan ‘fatal’!!

Hampir pohon anggurku kutebang!


Hatiku agak kesal dengan salah satu pohon anggurku yang sudah 3 tahun belum berbuah juga, padahal pohon anggurku yang satu sudah berbuah bahkan itu waktu umurnya baru kira-kira 1 tahun.


Perlakuanku terhadap keduanya tidak ada bedanya (bahkan sama persis), kupupuk, kusiram dan kupotong ranting-rantingnya pada saat bersamaan karena kutempatkan pada lokasi yang sama dan kurambatkan pada tempat yang sama. Setiap kali memotong ranting-ranting mereka aku selalu berdoa agar pohon anggur yang satu ini dapat segera berbuah.


Kucoba untuk bersabar menantikan saat-saat dimana pohon anggur itu berbuah dan buahnya lebih manis dari buah pohon anggur yang satunya karena keduanya dari jenis yang berbeda. Pohon anggur yang sudah berbuah adalah pohon anggur lokal, sedangkan yang satunya sepertinya anggur hijau (impor).


Sudah sekitar 2 minggu ini keduanya telah selesai kupotong ranting-rantingnya dan kubersihkan semua daunnya. Setiap hari kulihat perkembangan mereka, sambil berharap siapa tahu ……. pohon anggur yang belum pernah berbuah itu akan mulai berbunga dan berbuah, tunas-tunas baru mulai bermunculan.


Dan benar juga, bakal-bakal bunga mulai bermunculan, bahkan jumlahnya sangat banyak melebihi jumlah bunga yang biasa muncul pada pohon anggur jenis lokal. Hatiku tentu saja senang bukan main, ternyata penantian dan kesabaranku membuahkan hasil juga dan aku boleh berharap lagi buahnya banyak dan muanis!!



Pelajaran yang dapat kupetik.

Dalam hidup ini sering kita kurang sabar dalam menyikapi suatu permasalahan dan membuat keputusan yang salah dan bahkan sangat fatal. Misalnya dalam relasi dengan orang lain, dalam pekerjaan dan segala sesuatu yang sedang kita kerjakan sering terlihat/terasa kurang sejalan dengan apa yang kita harapkan.


Padahal kita sudah mengeluarkan segala daya upaya agar apa yang kita lakukan berhasil sesuai dengan harapan, baik itu tenaga, pikiran, waktu bahkan harta benda telah kita korbankan. Tetapi kita selalu diliputi rasa kuatir, dan buru-buru menyimpulkan bahwa apa yang kita lakukan adalah sia-sia saja, takut kegagalan akan terulang lagi, sehingga memutuskan untuk mengakhiri apa yang sedang kita kerjakan. Kita tidak mau bersabar, kita putus harapan, kita tidak mau menunggu hasil yang luar biasa yang mungkin saja akan segera kita raih.


Sesuatu yang kita kerjakan mungkin pada awalnya terasa tidak nyaman, tidak enak, tidak sesuai harapan, tetapi percayalah jika bersandar pada Tuhan, kita boleh berharap hasilnya akan memuaskan kita!!


Ternyata menunggu itu ………lama ya….dan …….tak enak…?!

Tapi …. hasilnya dari menunggu di dalam Tuhan pasti menyenangkan!!

Amin.

Jumat, 05 September 2008

Pilkada, Pemilu …. kok memilukan!!

Akhir-akhir ini di Indonesia sedang marak diselenggarakan Pemilihan Kepala Daerah dan tahun depan aka nada Pemilu.

Kalau dulu pemilihan langsung oleh rakyat hanya dilakukan oleh masyarakat desa dalam menentukan Kepala Desanya.

Mungkin pemikiran diadakannya pemilihan langsung oleh rakyat ini didasarkan atas teori demokrasi itu datangnya langsung dari rakyat dilakukan oleh rakyat dan hasilnya untuk rakyat itu sendiri.Tetapi ada juga yang sebenarnya menentang hal itu, karena Indonesia sebenarnya menganut asas demokrasi melalui perwakilan (sila keempat Pancasila).

Ironisnya demokrasi secara langsung itu secara kenyataannya justru banyak terjadi penyimpangan, mulai dari pengerahan masa yang dapat berakibat konflik sampai dengan kecurangan-kecurangan bahkan bukan rahasia lagi terjadi ‘money politic’.

Setiap calon yang ‘berlaga’ di ajang Pilkada berusaha memenangkan kedudukan itu dengan berbagai cara, bahkan cara-cara negatifpun mereka lakukan.

Ada satu tayangan TV beberapa waktu lalu yang menarik bagi saya, para elit politik kita yang sebenarnya orang-orang berpendidikan dan mengaku bergama, ternyata menggunakan bantuan dukun (paranormal) dan kekuatan jahat tentunya. Bahkan para dukun itu dengan sombongnya menyatakan banyak pasiennya yang berhasil meraih jabatan itu.

Dalam hati saya berpikir bagaimana jadinya jika mereka menang, apakah mereka tidak meminta tumbal atas terpilihnya jadi pejabat?

Kita sebagai orang Kristen sepatutnya merasa prihatin dengan kondisi demikian ini, bagaimana negeri ini dapat diberkati Tuhan jika ternyata para pemimpin kita begitu jahat di mataNYA. Karena itu marilah kita memerdekakan bangsa ini secara rohani, satu langkah kecil dapat kita awali dengan berdoa agar pemerintahan kita bersih dari praktek-praktek perdukunan karena itu adalah salah satu penghalang berkat Tuhan bagi Indonesia.

Sudahkah Anda berdoa bagi bangsa ini?
Sudahkah Anda berdoa bagi pemerintah?
Sudahkah Anda berdoa bagi para pejabat di pusat sampai di daerah di mana Anda tinggal?

Kemerdekan rohani bangsa ini juga merupakan tanggung jawab kita orang Kristen.
Doakanlah.