Selasa, 29 Juli 2008

Lahir Baru

Ke arah mana saat ini kita melangkah?
Apakah ke surga atau ke neraka atau kita tak tahu ke arah mana kita melangkah?

Di dalam Yohanes 3:1-21 menceritakan mengenai percakapan Tuhan Yesus dengan Nikodemus yang merupakan seorang pemimpin/guru agama Yahudi. Sebagai pemimpin agama tentunya kita dapat berkata bahwa Nikodemus pastilah orang yang terpandang, orang yang dihormati, orang saleh, selalu berbuat baik, beribah dengan taat dan sebagainya, dengan kata lain semua kebaikan dia lakukan.

Tentunya orang akan berpendapat bahwa orang yang berkelakukan baik akan masuk surga. Mungkin orang-orang pada jaman itu mengatakan Nikodemus pasti masuk surga karena kedudukannya dan mungkin juga karena perbuatan baik yang dilakukannya. Tetapi Tuhan Yesus berkata sebaliknya, Nikodemus tidak akan masuk surga. Walaupun ketaatannya terhadap agama dan semua perbuatan baiknya, itu tidak cukup. Dan Tuhan Yesus berkata kepada Nikodemus “kamu harus dilahirkan kembali”

Mengapa harus dilahirkan kembali?
“Dilahirkan kembali” berarti dia harus berubah. Berubah bukan semata-mata hanya secara agama dimana seseorang terlihat semakin tekun, selalu terlibat dalam acara-acara gereja, bukan hanya berubah secara etika dimana tutur katanya terdengar manis, lembut, sopan, dan juga bukan perubahan secara fisik, terlihat lebih anggun, cantik/ganteng. Tetapi yang berubah adalah apa yang ada dalam dirinya, hatinya, rohnya! Secara pribadi dia harus percaya kepada Tuhan Yesus.

Kita harus lahir baru karena Tuhan Yesus sendiri yang mengatakan hal itu “kamu harus dilahirkan kembali”, Tuhan sendirilah yang menghendakinya karena Dialah satu-satunya jalan menuju surga, itulah syarat jika ingin masuk ke surga : “lahir baru”.

Nah … sekarang ke arah mana kita melangkah, semakin dekat atau semakin jauh dari Kerajaan Surga?

II Korintus 5:17
Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.

Inikah Iman atau Pemaksaan Kehendak?

Sudah bertahun-tahun saya berdoa agar setelah bekerja saya dapat mempunyai rumah sendiri dan membahagiakan kedua orang tua, mengingat rumah yang kami tempati selama ini bukanlah rumah kami, kami hanya menumpang

Saya juga berdoa agar saya segera menemukan pasangan hidup, menikah, berbahagia, memberi cucu lagi kepada orang tua (kedua kakak sudah berkeluarga dan telah memiliki anak), dan doa-doa lain seputar masalah ini.

Tak ketinggalan juga saya memiliki harapan agar suatu saat nanti, saya dapat juga memiliki anak asuh, saya ingin menjadi ayah angkat mereka, saya ingin menyekolahkan mereka dan hal-hal lain lagi yang tentunya terdengar sangat mulia bukan? (Walaupun saat ini saya sudah ikut memberi persembahan khusus bagi TK Kristen di gereja saya, tapi saya nilai itu belum cukup, baik belum cukup nilai uangnya dan tentunya belum banyak anak yang terbantu).

Tetapi kenyataannya semua doa itu belum dijawab Tuhan.

Pikirku, bukankah semua doaku, permintaanku, rencanaku adalah hal-hal yang baik dan mulia? Punya rumah untuk membahagiakan orang tua, menolong anak-anak kurang mampu, dan menikah/berkeluarga bukankah juga salah satu amanatNya? Mengapa belum juga Tuhan kabulkan?

Lama saya merenungkan hal ini, sampai akhirnya saya mulai menemukan titik terang apa yang Tuhan mau atas hidupku, mengapa doaku belum dijawabNya?

Beberapa bulan lalu tepatnya bulan April 2008, bukannya rumah yang saya dapat ternyata saya menerima motor inventaris kantor, suatu berkat Tuhan yang tak pernah saya pikirkan (karena saya sudah punya motor, jadi tak berharap punya motor baru).

“Mengapa Tuhan justru memberi motor kepada saya, bukankah rumah yang kami butuhkan, lalu motorku sendiri mau diapakan?” demikian protesku.

Tapi Tuhan berencana lain, ternyata kakakku membutuhkan motor satu lagi, mengingat istrinya juga bekerja dan mereka hanya punya satu motor jadi selama ini dari sisi transportasi agak merepotkan.

Berkat yang luar biasa bukan? Tuhan mengerti kebutuhan kakak saya, ternyata Tuhan memakai saya untuk dapat mengatasi masalah transportasinya.

Masalah jodoh juga membuat saya gelisah, kenapa belum ada yang mau?

Apakah karena penampilanku kurang meyakinkan? (gak ganteng gitu loh)

Apakah karena masalah ekonomi yang belum mapan, belum punya rumah, belum punya mobil, belum punya ini dan itu?

Apakah karena bukan aktivis gereja (secara rohani dipertanyakan)?

Apakah karena bukan pribadi yang bisa dipercaya?

Setelah saya renungkan ternyata baru saya sadari bahwa saat ini diriku menjadi tumpuan hidup kedua orang tua. Mengingat mereka sudah tidak bekerja, tidak ada uang pensiun, mereka mau makan dari mana jika saya cepat-cepat nikah (walaupun umurku sudah kepala 3 loh!)? Saat ini adalah giliranku, kewajibanku untuk merawat dan memenuhi kebutuhan orang tuaku, hal ini dulu dilakukan juga oleh kedua orang kakakku

Dari point inilah saya ambil tekad untuk tidak mau lagi memaksakan kehendak, tak mau lagi memaksa agar Tuhan lakukan persis apa yang saya minta, saya tak mau lagi membatasi kuasa Tuhan. Saya mengimani bahwa rencanaNya adalah jauh lebih baik dan benar dari rencanaku.

Tentunya saya tetap berdoa, tetapi tidak “ngotot” seperti dulu (jika sepertinya bukan jawaban yang saya doakan saya langsung kecewa dan menolaknya), karena saya yakin setiap kesempatan yang diberikan Tuhan patut saya jalani dan syukuri, mungkin itu adalah jawaban atas segala doaku, mungkin saja hanya “bungkusnya” yang berbeda tetapi isinya adalah terkabulnya doaku atau bahkan lebih dari doaku.

Saya tetap mengimani bisa punya rumah, kalau toh tidak punya rumah di bumi saya punya rumah di surga.

Saya mengimani ada seorang gadis yang mau mencintai, menerima keadaan saya apa adanya, menerima kekurangan (jasmani & rohani) saya, percaya bahwa saya sanggup membahagiakannya dan saya menunggu waktu terbaiknya Tuhan.

Saya mengimani bahwa saya bisa berbuat sesuatu untuk kemuliaan Tuhan, walaupun itu baru bisa saya mulai dengan perbuatan-perbuatan kecil dan sederhana saja.

Bagaimana dengan Anda apakah IMAN atau PEMAKSAAN KEHENDAK yang Anda miliki?

Dasar Anak Tak Menghormati Adat Istiadat!

Pernahkah anda mendapat teguran seperti judul di atas dari orang tua atau orang-orang di sekitar kita?

Kita tak akan pernah lepas dari adat istiadat, dimanapun kita berada pastilah akan menjumpai yang namanya adat istiadat. Bagaimana seharusnya orang Kristen memandang adat istiadat ini?

Salah satu adat istiadat yang sering kali kita jumpai adalah saat upacara kematian. Banyak daerah di Indonesia“diselamati”, perlu dikirimi uang dan kekayaan. Dan hal ini justru akan berakibat keluarga yang masih hidup akan jatuh miskin, terlilit hutang, hidup penuh penderitaan. Usaha mereka hanya sia-sia, karena orang mati sudah ada tempatnya sendiri, justru yang perlu dipikirkan adalah orang yang masih hidup. yang memiliki adat istiadat menyangkut upacara kematian bahkan dengan menghabiskan uang yang sangat besar. Tidak jarang untuk menjaga gengsi keluarga mereka harus berhutang, mereka beranggapan orang mati perlu

Selain harta yang terbuang percuma, adat istiadat tersebut telah menyeret kita ke dalam kuasa-kuasa kegelapan, kita menduakan, mengingkari kuasa Tuhan.

Ingatlah bahwa Tuhan Yesus datang untuk orang-orang yang hidup, bukan untuk orang-orang yang mati. Orang mati tidak bisa berbuat apa-apa lagi, tetapi orang yang hidup dapat berbuat segala sesuatu, melalui kehidupan kita, kemuliaanNya dinyatakan, Tuhan menyediakan kasih karunia bagi kita dan memberikan kemenangan atas segala kekuatiran kita.

Beranikah kita “menentang” adat istiadat itu?

Lukas 20:38
Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.

Jumat, 25 Juli 2008

Hidup dalam Pemeliharaan Tuhan

Kejadian 6:9-22

Jika kita memunyai hewan atau tanaman pastilah kita akan memeliharanya dengan sungguh-sungguh. Kita akan memerhatikan makanannya, minumannya, media tanam yang cocok, penempatan kandang atau penempatan pot yang sesuai sehingga hewan dan tanaman tersebut dapat hidup dengan baik dan sehat. Memelihara berarti selalu menjaga, merawat, memerhatikan, menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan. Kita pasti akan selalu rela berkorban dan dengan senang hati melakukan segala upaya agar apa yang kita pelihara selalu dalam kondisi baik.

Begitu juga dengan Tuhan, Tuhan selalu ingin memelihara hidup kita agar selalu baik. Tuhan telah merancangkan berbagai-bagai pemeliharaan atas kita, tetapi kita harus memenuhi syarat agar kita terpelihara.
1.Tuhan selalu mengundang kita agar mau masuk dalam pemeliharaanNya. Tuhan telah buka jalan untuk keselamatan kita, pertanyaannya adalah maukah kita masuk memenuhi undangan Tuhan itu? Segala sesuatu yang Tuhan telah sediakan bagi kita akan menjadi sia-sia jika kita tak mau melangkah masuk ke dalamnya.
Seperti Nuh beserta keluarganya dan hewan-hewan yang masuk ke dalam bahtera saja yang Tuhan selamatkan.
(Kej 6:18 Tetapi dengan engkau Aku akan mengadakan perjanjian-Ku, dan engkau akan masuk ke dalam bahtera itu: engkau bersama-sama dengan anak-anakmu dan isterimu dan isteri anak-anakmu.)
2.Tuhan menghendaki agar kita hidup yang benar, tidak bercela dan hidup bergaul dengan Allah. Dunia ini semakin hari semakin rusak, kita selalu dapat menemukan hal-hal negatif di sekitar kita di manapun kita berada. Pertanyaannya adalah mampukah kita untuk hidup berbeda dari pada hidup orang-orang di sekitar kita yang banyak melakukan hal-hal jahat di mata Tuhan, dimana hidup kita selalu tetap berjalan di dalam Tuhan? Sama seperti Nuh yang tidak terpengaruh dengan kehidupan jahat orang-orang sejamannya sehingga Tuhan berkenan memelihara hidupnya.
(Kej 6:9 Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah)
3.Melakukan segala sesuatu tepat seperti apa yang diperintahkan Tuhan. Tepat berati tidak mengurangi atau tidak menambahkan sesuatu.
Bayangkan jika Nuh tidak berbuat tepat seperti perintah Tuhan, mulai dari kayu untuk bahtera, ukuran, bentuk dan segala sesuatu yang telah Tuhan rancang untuk bahtera itu, pastilah bahtera yang Nuh buat tidak akan mampu bertahan dalam air bah itu.
(Kej 6:22 Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya.)

Tuhan begitu baik bukan?
Dia telah menyediakan segala pemeliharaan bagi manusia.
Bagaimana dengan kita, maukah kita menikmati pemeliharaan yang telah Tuhan sediakan itu?

K A R A K T E R, apa itu?

Pasti Anda masih ingat peristiwa beredarnya foto-foto maupun video dari para politikus kita yang sedang bermesraan dengan para wanita. Menanggapi foto-foto maupun video itu, para politikus tadi dengan santainya berkata itu bukan saya, itu hanya fitnah, itu tidak seperti yang diduga karena hanya rekayasa. Mereka kebanyakan tidak mau mengakui perbuatan tak bermoral itu, bahkan ada yang mengatakan ini semua adalah tindakan pembunuhan karakter yang dilakukan lawan politiknya mengingat sebentar lagi akan ada pemilu (tahun 2009).

Menanggapi hal itu dalam hati saya berkomentar:
“Pembunuhan karakter? “
“Karakter yang bagaimana yang dibunuh?”
“Apakah tindakan tidak bermoral itu bagi mereka adalah perbuatan yang wajar dan hal yang biasa, sehingga hal semacam itu tak perlu dipermasalahkan?”
Yang paling mengerikan adalah “Apakah tindakan tak bermoral itu adalah karakter mereka sesungguhnya?”
Bisa dibayangkan bagaimana jadinya bangsa ini jika kita memiliki banyak politikus yang berkarakter seperti itu, tak bermoral!!! Hancurlah bangsa ini!!!

Sebenarnya sulit sekali kita menilai karakter seseorang, tidak semudah mengatakan “Oh ia orang yang berkarakter ini…., Oh dia berkarakter itu…..”, kita bisa tertipu. Justru karakter seseorang sering kali dapat dilihat saat mengalami masa-masa sulit atau masa-sama memiliki jabatan, kekuasaan atau hidup “sukses”.

Sama seperti diri kita sendiri, kadang kita tak dapat menilai seperti apa karakter kita sesungguhnya. Sering kita berharap agar diri kita menjadi seorang yang berkarakter, memiliki karakter-karakter yang bagus, yang terbaik. Boleh-boleh saja! Tapi ingat membentuk karakter tidak gampang, butuh proses panjang dan pasti ada pengorbanannya!!

Janganlah kita membayangkan hal-hal yang besar dulu, tetapi lakukan dulu hal-hal kecil, hal-hal sepele yang sebenarnya sangat mudah kita temukan dan dapat kita lakukan. Sebagai contoh jika berjanji bertemu seseorang datanglah tepat waktu, tepati setiap perkataan kita walaupun mungkin itu semua hanya bercanda karena janji adalah janji jadilah pribadi yang selalu menepati janji, janganlah mudah berbohong sekecil apapun berbohong tetaplah dosa, bersikap sopan santun terhadap orang lain, membantu seseorang menyeberang jalan, taati rambu lalu-lintas walaupun tak ada polisi.

Dari hal-hal kecil dan sepele seperti itu jika dibiasakan dan terus dilakukan, tanpa kita sadari akan membentuk diri kita menjadi pribadi yang berkarakter. Setuju?

Karakter bukan diukur dari apa yang kita dapat dari nenek moyang, tetapi dari apa yang dapat kita wariskan kepada anak cucu kita.
Amsal 13:22 Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya, tetapi kekayaan orang berdosa disimpan bagi orang benar.

Selasa, 15 Juli 2008

Aku bukanlah sebuah pedang....., aku hanyalah.....



Pedang ….
Tajam …. panjang …. besar …….kokoh…………
Dari wujudnya…
Dari kekuatannya …
Dari kelebihannya … sebuah pedang akan jadi perhatian
Orang akan memilihnya sebagai senjata jika dibandingkan golok, sabit, pisau apalagi sebuah jarum.
Ia lebih mudah dikenal …
Ia lebih terpandang …
Ia lebih terhormat …
Ia lebih dihargai …
Ia lebih dipercaya ….

Bandingkan dengan sebuah jarum
Ia begitu kecil
Tak setajam pedang
Terlihat rapuh, mudah bengkok… tak sekuat pedang
Harganyapun murah
Jika disandingkan dengan pedang, ia takkan terlihat
Hanya dipandang sebelah mata
Dijadikan senjata? ….. mana bisa?
….mana mampu?
Mudah sekali diabaikan

Inilah diriku
Aku bukan sebuah pedang, tapi aku hanyalah sebuah jarum
Aku begitu kecil dibanding yang lain ….. tak terlihat ….terabaikan….
Apa yang mampu aku lakukan?
Tak ada kemampuan yang bisa kuandalkan …..
Hanya hal-hal kecil yang mampu kukerjakan ……bahkan terlalu kecil untuk dilihat………
Aku bukan yang penting bagi banyak orang …..
Dipandang sebelah mata………, mereka tak percaya akan kemampuanku …….
Tapi ……
aku yakin ….aku percaya ….
Tuhan masih memandangku …..!!!
Seberapa kecilnya aku ……. DIA masih melihatku!!!
DIA tetap menilaiku berharga di mataNya!!!
Aku yakin….. orang akan mencari, akan memandang, akan menghargai sebuah jarum betapapun kecilnya jika mereka membutuhkannya, tak peduli di depan matanya ada beribu-ribu pedang!!

Terima kasih Tuhan, aku ternyata ciptaan yang unik …… dengan fungsi yang unik …..kiranya akupun sanggup bahkan melebihi apa yang dapat dilakukan pedang
Tuhan biarlah dari segala kemampuanku yang serba sedikit ini, dapat selalu memuliakanMU.
Di manapun aku berada, apapun yang kukerjakan ……biarlah NAMAMU DIPERMULIAKAN.

Minggu, 13 Juli 2008

Kuasa

Siapa sih orang yang tak mau memiliki kekuasaan?
Pastilah semua orang mau berkuasa.
Dengan kekuasaan kita dapat memerintah orang lain melakukan sesuatu.
Dengan kekuasaan kita dihormati.
Dengan kekuasaan kita dihargai.
Dengan kekuasaan …… sepertinya segala sesuatu menjadi milik kita.

Di Indonesia sedang “musim” pilkada dan tahun depan ada pemilu dan pemilihan presiden. Semua kegiatan itu bertujuan untuk memberi kuasa kepada seseorang atau sekelompok orang atau partai menjadi pemimpin-pemimpin bagi Indonesia. Karena akan menjadi pemimpin segala cara dilakukan oleh mereka, mulai dari kampanye, bakti sosial, mengeluarkan janji-janji yang mungkin tak akan digenapi, ….. dan banyak lagi (yang baik maupun yang buruk sekalipun).

Mereka saling berebut untuk berkuasa.
Bagaimana dengan orang Kristen?
Ternyata Tuhan telah memberikan kuasa kepada kita untuk bersaksi, untuk menjadi utusanNya memberitakan Injil.
Kita tak perlu repor-repot mencari-cari kuasa, karena Allah telah mengaruniakan kuasa kepada kita.

Kita telah beroleh kuasa itu, selanjutnya bagaimana?
Apakah kita akan seperti para politikus, para pemimpin bangsa ini setelah mendapat kuasa sering kali lari dari tanggung jawab, lari dari janji-janji yang seharusnya digenapi?

Setidaknya ada tiga (3) hal yang dapat kita lakukan untuk menjalankan kuasa memberitakan Injil :
1.melalui pernyataan
Kita dapat bercerita bahwa manusia telah berdosa dan upah dosa adalah maut, tetapi karena kasih karuniaNya, Tuhan Yesus telah menebus dosa manusia dan menyelamatkan manusia dari maut.
2.melalui hubungan yang baik dengan lingkungan
Tuhan Yesus selalu memberikan teladan kepada kita untuk memiliki hubungan yang baik dengan sesama, dengan anak-anak, dengan yang muda dan yang tua, dengan laki-laki maupun wanita, dengan yang berbuat baik maupun yang berbuat dosa sekalipun. Tunjukkan kasih karunia yang telah Tuhan berikan kepada kita kepada lingkungan di manapun kita berada, selalu membangun hubungan baik dengan semua orang.
3.Injil menjelma dalam kehidupan kita
Jalani hidup kita sesuai Firman Tuhan. Jadikan diri kita sesuai isi berita Injil, sehingga orang lain dapat membaca Injil dalam setiap tingkah laku dan perbuatan kita.

Sebenarnya melalui “kehidupan normal” yang kita jalani ini kita juga dapat memberitakan Injil asalkan kehidupan kita adalah isi dari Firman Tuhan.

Kisah Para Rasul 1:8
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."

Rabu, 09 Juli 2008

Mengampuni

Mengampuni

Secara teori sangat mudah kita berkata “Aku mengampuni orang yang bersalah kepadaku.”, tetapi kenyataannya, pada prakteknya sangat sulit bukan?

Mengapa kita harus mengampuni?

1.Orang yang melakukan kesalahan kepada kita sering kali akan tersadar dan merasa dikejar-kejar rasa bersalah, hidupnya akan mengalami ketidaktenangan jangan-jangan kita akan balas dendam. Di sinilah sebenarnya tugas kita orang Kristen untuk menjadi berkat bagi mereka dengan mengampuninya, supaya mereka terbebas dari rasa bersalah dan kitapun terbebas dari rasa dendam. (Kejadian 50:15 Ketika saudara-saudara Yusuf melihat, bahwa ayah mereka telah mati, berkatalah mereka: "Boleh jadi Yusuf akan mendendam kita dan membalaskan sepenuhnya kepada kita segala kejahatan yang telah kita lakukan kepadanya.")

2.Karena kita juga manusia yang tidak sempurna, kita juga sering melakukan kesalahan kepada orang lain juga, jika kita tidak mengampuni, tentu saja kita juga tidak akan diampuni oleh orang lain yang kita rugikan apalagi diampuni oleh Tuhan. (Kejadian 50:19 Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah?)

3.Karena kita boleh percaya bahwa manusia akan merancangkan hal-hal yang jahat kepada kita, tetapi Tuhan merancangkan hal yang baik bagi kita. Sering kali lewat kesalahan yang dilakukan orang lain kepada kita dari situ kuasa Tuhan, berkat Tuhan akan dinyatakan kepada kita. Karena jika kita mengampuni, Tuhan berjanji akan mendatangkan berkat bagi kita. (Kejadian 50:20 Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.21 Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga." Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya.)

Pengampunan menggambarkan bagaimana kedekatan seseorang dengan Tuhan, ia akan berserah kepada Tuhan, bahwa kekecewaan, kesedihan, kesakitan, dendam yang dialami akan dapat dilalui atas pertolonganNya.

Pengampunan membutuhkan perjuangan dan kerja keras, untuk mewujudkannya tidak cukup hanya berserah kepada Tuhan, tetapi persoalannya maukah kita melakukannya (mengampuni)?

Pengampunan akan mendatangkan berkat yang luar biasa bagi yang melakukannya.

Emping Melinjo


Emping Melinjo
Bulan Juni dan Juli ini sepertinya bulannya orang menikah, makanya saya mendapat undangan yang lumayan banyak. Setiap kali saya datang ke tempat hajatan pernikahan tersebut, dapat dipastikan ada makanan ringan (jajanan) yang disajikan, makanan itu adalah emping melinjo. Camilan yang nikmat, renyah dan gurih, bahkan sudah diekspor ke manca negara.

Akupun berpikir bagaimana cara membuat emping ini?

Perjalanan melinjo menjadi makanan yang renyah dan enak:

1.Melinjo yang sudah tua dipetik dari pohonnya. Disortir, dipilih mana yang bisa diproses menjadi emping.

2.Kulit melinjo dikupas, buah/bijinya ini biasa disebut klatak.

3.Klatak disangrai (digoreng tanpa minyak biasanya dengan pasir yang sangat panas).

4.Klatak yang panas tadi satu persatu dipipihkan dangan cara ditumbuk dengan tehnik khusus supaya tidak pecah dan bentuknya bundar, biasaya emping dibuat dari 2-3 klatak, tergantung ukuran yang dikehendaki.

5.Klatak yang pipih tadi kemudian diangkat, diangin-anginkan kemudian dijemur hingga kering.

6.Setelah kering, jadilah emping yang siap dikonsumsi. Tetapi harus digoreng dengan minyak agar emping matang dan benar-benar siap kita nikmati, biasanya emping diberi rasa asin (gurih) atau manis.

Sama halnya dengan hidup ini, segala sesuatu membutuhkan proses, perlu waktu, perlu perjuangan dan kerja keras kadang menyedihkan, tidak sesuai rencana kita. Sering kali kita tidak menyadarinya, kita hanya ingin cepat mendapatkan hasil yang baik, enak, tetapi kita melupakan bahwa segala sesuatu perlu proses, diri kita harus dibentuk dan ditempa, dan semuanya itu sakit dan melelahkan.

Tetapi semua tempaan dan rasa sakit itu akan terbayar dengan suatu hasil yang luar biasa indahnya, suatu hasil yang Tuhan siapkan bagi kita untuk menjadi berkat bagi kita dan orang lain.

Benalu


Benalu identik dengan hal-hal negatif karena berarti tanaman yang hidup menumpang pada tanaman lain dan yang paling parah tanaman inang dapat mangalami kematian. Suatu karakter yang tentunya kita benci bukan? Dapat dipastikan jika pohon mangga kita ditumbuhi benalu, kita akan segera memotong dan membuang benalu tersebut.

Dibalik habitatnya yang hidup merugikan tanaman lain ini, ternyata tanaman benalu dipercaya dapat digunakan untuk pengobatan, misalnya dipercaya untuk mengobati tumor dan kanker, amandel, campak dan lain sebagainya.

Tak peduli kita berkarakter seperti apa, apakah pemarah atau peramah, baik atau buruk, Tuhan pasti memberikan suatu karunia yang kita miliki untuk menjadi berkat bagi sesama. Apakah karunia itu?

Mari temukan karunia Tuhan yang tersembunyi dalam diri kita, yang dapat menjadi berkat bagi sesama.


Berkacalah kepada Kupu-kupu

Jika kita mencari suatu perubahan bentuk kehidupan / karakter yang begitu extreme di dunia ini, mungkin kita akan sepakat menyebut perubahan yang dimiliki oleh seekor ulat.

Seekor kupu-kupu betina akan bertelur di antara daun-daun, beberapa hari kemudian telur itu menetas dan muncullah bayi-bayi ulat. Mereka melakukan aktivitas mencari makan dari pucuk daun-daun muda serta bunga dan menghindari pemangsa seperti burung agar tetap bertahan hidup.

Apabila mampu bertahan ada saatnya seekor ulat mencari tempat berlindung yang aman kemudian ia berdiam diri, tubuhnya menjadi kaku, keras dan bentuknya pun berubah, fase ini biasa dinamakan kepompong. Di dalamnya terjadi suatu proses sedemikian rupa yang saya yakin merupakan suatu proses yang luar biasa.

Beberapa hari kemudian kepompong itu akan robek karena desakan sesuatu yang keluar dari dalam, dengan susah payah mengerahkan segala kekuatannya akhirnya keluarlah seekor mahkluk. Secara perlahan terbentanglah sepasang sayap nan indah dari mahkluk itu, dialah seekor kupu-kupu. Setelah cairan di sekeliling tubuhnya kering kupu-kupu itupun terbang, ia akan memberi warna yang indah dalam kehidupan kita.


Kita selalu mengagumi keindahan warna-warna sayap mereka bukan? Suatu perubahan karakter yang mengagumkan, saat menjadi seekor ulat, kerjanya hanya makan daun dan hal itu dapat menjadi musuh petani karena merusak tanaman mereka. Ulat sering (dan memang) dianggap sebagai hama oleh petani, tetapi setelah mengalami proses “berdiam diri” muncullah suatu karekter yang membuat kita kagum bukan?


Demikian seharusnya kita dapat berkaca dari proses kehidupan seekor kupu-kupu, ada kalanya kita bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, ada kalanya kita menghadapi masalah, ada kalanya kita suka, ada kalanya kita bersedih, sering kali kita menampakkan dan melakukan kejahatan, kekacauan dalam hidup kita sehingga merugikan orang lain.


Oleh karena itu ambil waktu untuk berdiam diri, untuk merenung, untuk berpikir, untuk menyadari segala perbuatan jahat kita, sehingga pada akhirnya kita temukan karakter baru, karakter yang membawa kedamaian, membawa kesejahteraan, membawa kebaikan, membawa sukacita dan membawa berkat bagi sesama kita.

Prenjak

Prenjak adalah seekor burung kecil, mungkin dari suaranya/kicaunya ia dijuluki. Secara fisik tubuhnya memang sangat kecil, biasanya warna kepalanya agak kemerahan atau orange, warna bulu tubuhnya kecoklatan, kehijauan, kekuningan yang bercampur. Makanannya serangga kecil dan ulat-ulat yang biasa hidup di daun-daun.

Menurut kepercayaan orang Jawa, kalau di pohon halaman rumah dihinggapi burung-burung prenjak dan berkicau dengan sangat ramai, tak henti-henti berarti akan ada tamu. Benar atau tidak, bukan hal ini yang membuat saya tertarik dengan burung prenjak.

Sesuatu yang membuat saya tertarik dan tercengang hampir tidak percaya adalah ketika saya pergi ke pasar burung untuk membeli pakan burung jalak saya. Seorang pedagang menawarkan seekor burung prenjak dengan harga ratusan ribu rupiah!! Harga yang tidak pantas diberikan kepada seekor burung prenjak, burung yang kecil, setiap hari saya dapat melihat dan mendengar kicaunya, demikian pikir saya.

Tetapi saat saya amati ternyata burung prenjak itu berbeda, ia begitu jinak, bersuara nyaring, keras dan suaranyapun sangat merdu, tidak kalah bagus dengan burung-burung kicau lain yang selama ini kita kenal

Hal ini tidak pernah saya sadari, dari kecil tentu saya sudah tahu apa itu burung prenjak, tetapi saya tidak pernah menyangka bahwa saat ini burung yang kecil dan biasa-biasa saja ini ternyata dapat bersaing dengan burung-burung kicau lain dan banyak digemari pehobi burung berkicau.

Satu pelajaran berharga bagi kita semua, sering kali kita menganggap dan menilai kemampuan seseorang hanya biasa-biasa saja bahkan cenderung meremehkan hanya karena penampilan, kebiasaan atau hal-hal lain yang di luar, kita selalu tidak memperhatikan potensi yang dimilikinya. Hingga akhirnya kita tersadar, tercengang, tertegun oleh kemampuan yang dimiliki seseorang yang kita remehkan tadi.

I Samuel 16:7 Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."

Lebah Prajurit

Dalam suatu kerajaan lebah sama halnya seperti dalam kerajaan manusia, ada pemimpin yaitu raut lebah, ada pekerja, ada juga prajurit.
Seperti namanya lebah prajurit bertugas menjaga koloninya dari bahaya, mereka melindungi ratu lebah.
Lebah prajurit memiliki sebuah senjata beracun (sengat) yang terletak di bagian belakang ekornya. Uniknya adalah senjata ini apabila mereka gunakan untuk menyengat pangganggu seperti hewan lain atau manusia, maka sengat ini akan terlepas dan menempel di tubuh hewan atau orang yang disengat, dan dengan terlepasnya sengat ini akan berakibat matinya si lebah.


Suatu pengorbanan luar biasa yang menunjukkan besarnya tanggung jawab dan kesetiaan si lebah untuk koloni yang dicintainya. Ia rela mati demi kelangsungan hidup koloninya, demi keselamatan si ratu lebah.

Apakah kita juga dapat melakukan hal yang sama, berani berkorban untuk orang yang kita cintai, berani bertanggung jawab atas apa yang pernah kita katakan, apakah kita berani berkorban dan tetap setia kepada Tuhan?


Amsal 19:22 Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya; lebih baik orang miskin dari pada seorang pembohong. Amsal 20:6 Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?

Jumat, 04 Juli 2008

Si Tame and Si Bam

Si tanaman melon tumbuh dengan suburnya
Si tanaman melon (Si Tame) tumbuh dengan suburnya di suatu areal pertanian. Sapaan, senyuman, keceriaan dan semangat selalu menghiasi wajahnya setiap hari.

Selidik punya selidik, ternyata ia tumbuh bertopang pada tiang bambu ( Si Bam) yang disiapkan oleh Pak Tani. Ia begitu percaya kedapa Si Bam sehingga sulur-sulurnya melingkar dan menempel dengan sangat erat tak mau melepasnya kembali.

Sebuah harapan besar tertanam dalam diri Si Tame, ia dapat terus tumbuh besar dan sehat hingga ia mampu berbuah yang besar dan manis sehingga Pak Tani akan merasa gembira.

Ia juga ingin menunjukkan rasa terimakasih dan kepercayaannya kepada Si Bam karena sudah mau dengan setia menopang, mendukungnya dan menemani hidupnya sepanjang waktu.

Tapi harapan itu sirna ketika ada masalah yang dihadapi oleh Si Bam. Rupanya Si Air menggerus tanah tempat Si Bam berpijak ia berusaha menahan gerusan air itu tetapi akhirnya tak kuasa juga. Si Bam roboh tak mampu menopang dirinya sendiri apalagi menopang Si Tame juga. Keduanya pun roboh.

Si Tame berusaha berjuang memberi semangat untuk membangkitkan Si Bam, tapi apa daya ............., Si Tame pun berjuang sendiri untuk mewujudkan harapannya, dalam hatinya ia bergumul, apakah ia masih mampu tumbuh dengan baik dan berbuah besar dan manis tanpa ada yang menopang, mendukung dan memberinya semangat?

Si Tame pun berdoa agar Pak Tani mau membenahi Si Bam lagi agar dapat berdiri kokoh dan mau menopang Si Tame hingga akhir hidupnya untuk bertumbuh baik, sehat dan menghasilkan buah-buah yang besar dan manis.

Detik demi detik Si Tame selalu berdoa agar Si Bam dapat menopang, mendukung dan menyemangatinya lagi.


Ingatlah Buah Melon.


Tahukan anda buah melon?
Mungkin anda salah satu penggemarnya.

Tanaman ini merupakan salah satu tanaman yang tumbuhnya merambat, oleh karena itu petani melon akan mempersiapkan tempat merambatnya menggunakan tiang-tiang bambu yang dibuat sedemikian rupa agar tanaman melon tumbuh dengan baik dan mudah perawatannya.

Tanaman ini membutuhkan suatu penopang yang dapat menahan beban diriya apalagi jika telah berbuah, tanpa penopang ia akan roboh, tertunduk karena bukan jenis tanaman keras/berkayu, dengan sulur-sulurnya ia akan melingkar dan menempel kuat seakan tak mau melepaskan pegangannya terhadap sesuatu yang menopangnya itu.

Ia sadar tubuhnya tidak sekeras tanaman lain seperti mangga, jambu, kelapa yang mampu berdiri kokoh tanpa harus ditopang yang lain. Ia sadar takkan mampu menjalani hidup ini dengan baik dan berbuah tanpa didukung oleh suatu kekuatan yang membuatnya dapat berdiri kokoh untuk menahan beban hidupnya.

Kitapun demikian, perlu orang lain untuk menopang kita, untuk mendorong kita bertumbuh, menggembangkan karakter yang baik dan benar di dalam Tuhan.

Dan yang paling penting adalah kita perlu penopang sejati dalam kehidupan kita, yang sanggup membuat kita tetap berdiri kokoh walau apapun yang terjadi.

Penopang sejati hanya kita temukan dalam pribadi Tuhan Yesus Kristus.

Mazmur 145:14 TUHAN itu penopang bagi semua orang yang jatuh dan penegak bagi semua orang yang tertunduk.




Selasa, 01 Juli 2008

Buah Anggur

Tahukan apa itu buah anggur?
Anggur merupakan salah satu buah yang banyak penggemarnya, ada anggur lokal maupun impor, ada yang berwarna hijau, hitam, merah, ada yang buahnya besar maupun kecil, ada yang manis maupun masam.

Sepertinya Tuhan menciptakan pohon anggur dengan penuh keistimewaan, terbukti di dalam Alkitab pohon anggur menjadi salah satu pohon yang dipakai Tuhan Yesus dalam perumpamaan yang begitu luar biasa.

Selama ini aku hanya mendengar dan percaya begitu saja tentang perumpamaan pohon anggur yang benar, dalam arti memang seperti itulah cara budidaya buah anggur sesungguhnya. Aku tidak tahu bagaimana karakter pohon anggur itu, aku juga tidak tahu apakah benar pohon anggur tidak akan berbuah jika tidak dipotong ranting-rantingnya, apakah benar supaya buahnya besar perlu dibersihkan dari ranting yang tak berguna?

Sudah 3 tahun lebih aku menanam pohon anggur dan sejak berumur 1 tahun pohon anggurku sudah berbuah. Setelah sekian lama aku belajar menanamnya, ternyata memang benar apa yang ada dalam alkitab, seperti itulah cara budidaya anggur.

Kita harus rajin memotong ranting-rantingnya dan membersihkannya (pohon anggur dibuat gundul, semua daunnya kita potong) supaya dapat berbuah lebat, jika tidak dipotong pohon anggur tidak akan berbuah kalaupun berbuah hanya sedikit, yang ada hanyalah ranting dan daun yang tumbuh lebat.

Secara berkala kita harus memotong ranting-ranting yang jelek, tidak sehat, tidak produktif, ranting yang kering, agar tumbuh tunas baru dan bersamaan dengan tumbuhnya tunas/ranting itu diharapkan akan muncul bunga dan pohon anggurpun akan berbuah. Setelah buah kita petik, kita harus kembali memotong ranting-ranting yang tidak baik, sehingga pohon anggur akan terus menerus berbuah seperti yang kita harapkan.

Demikian juga kita, kita ini adalah ranting yang Tuhan sangat berharap agar kita dapat berbuah lebat, bukan sebaliknya menjadi ranting yang tak berguna sehingga akan dipotong, dibuang dan dibakar. Syarat menjadi ranting yang berbuah adalah tetap tinggal di dalam pokok anggur, tetap tinggal di dalam Tuhan Yesus, sehinga kita menjadi ranting yang sehat, ranting yang bersih, ranting yang akan berbunga dan berbuah.

15:1 "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.
15:2 Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.

Ikan Sapu-sapu

Semua pengemar ikan hias pastilah tahu ikan ini.Yang menarik adalah mengapa ikan ini dinamakan ikan sapu-sapu, apa mungkin karena ikan ini suka “bersih-bersih” akuarium?
Memang para penggemar ikan hias air tawar selalu mencari ikan jenis ini alasannya agar ikan ini makan lumut yang tumbuh di kaca akuarium dan memakan sisa-sisa makanan di dasar akuarium, tidak lebih dari itu. Ikan ini ada di akuarium bukan karena ingin dinikmati keindahan warnanya atau keindahan bentuk fisiknya tetapi karena fungsinya.

Secara keseluruhan ikan ini tidak menarik sama sekali, kulit\sisik yang sangat kasar, warnanya hitam kelam (walau ada yang albino), kerjanya hanya menempel di kaca , gerakannya kaku tak segemulai ikan hias lain, tidak ada yang bisa dibanggakan, sehingga tak heran harganya begitu murah.

Tetapi di balik itu semua satu hal yang justru tidak dimiliki ikan lain adalah ketika ikan-ikan lain sibuk mencari makan, sibuk memamerkan keindahannya di akuarium, ikan sapu-sapu dengan setia, dengan ketekunannya bergeser sedikit demi sedikit memakan lumut yang menempel di kaca hingga bersih.

Mungkin ia berpikir “Hanya itulah keahlianku, sebagai “tukang bersih-bersih”, aku hanya sebagai pembantu, aku bukan pusat perhatian di akuarium, tak akan ada penghargaan atas jasaku.”. Tanpa ia sadari sebenarnya ia telah mampu memberikan perubahan kepada lingkungan, perubahan yang baik, perubahan yang membuat pemilik akuarium senang karena dapat menikmati keindahan ikan-ikan hias miliknya tanpa diganggu lumut lagi.

Dari ikan sapu-sapu aku belajar, aku sadar aku tidak semenarik, aku tidak sepintar, aku tidak semenonjol orang-orang di sekitarku, tidak ada sesuatu yang dapat kubanggakan, tetapi ada satu hal yang aku yakini bahwa Tuhan menciptakan aku sebagai pribadi yang unik, dan Tuhan akan memakainya untuk kemuliaanNya sehingga aku dapat menjadi berkat bagi orang-orang di sekitarku.

Terima kasih Tuhan, sekali lagi aku dapat belajar dari hewan-hewan peliharaanku, dari ciptaanMu yang mencerminkan betapa besar kuasaMu.

Kapan Terakhir Anda Kecewa?

Bacaan : Kisah Para Rasul 16

Rasa kecewa sering kali kita alami, wajar hal itu terjadi. Rasa kecewa muncul ketika keinginan, harapan kita tak terpenuhi. Kekecewaan dapat dialami oleh siapa saja, dalam kondisi apapun dan di mana saja.

Bahkan di gerejapun kita dapat kecewa, seperti yang saya alami kemarin (hari Minggu 29 Juni 2008), pergi ke gereja dari rumah sudah membayangkan Firman Tuhan akan dibawakan oleh gembala sidang seperti biasanya, eee..... tak tahunya beliau tugas ke Jakarta dan diganti pendeta lain. Kecewa karena pendeta penggantinya masih muda dan dia itu temanku sendiri jadi agak gimana gitu. Walaupun berat, terasa aneh belum terbiasa akhirnya rasa kecewa itu berangsur-angsur hilang dan kecewa berganti suka cita.

Para rasulpun sering kali kecewa, seperti rasul Paulus, dalam rencananya ia ingin pergi ke Asia tetapi Tuhan mencegahnya, sehingga Paulus mengalihkan perjalanannya. Kemudian Paulus ingin memasuki Bitinia tetapi sekali lagi Tuhan melarangnya. Mungkin saja Paulus sudah merencanakan untuk mendatangi kota-kota tersebut untuk memberitakan Injil di sana, mungkin juga ia memilih kota-kota yang besar dan indah.

Rencana Paulus tentulah baik, tetapi mengapa Tuhan melarangnya? Ternyata Tuhan merencanakan agar Paulus pergi ke tempat lain yang lebih membutuhkannya, yaitu ke daerah Makedonia. Dan benar saja di sana banyak orang menjadi percaya dan mengikut Yesus.

Bayangkan jika rasul Paulus tidak taat tentu tidak akan mengindahkan larangan Tuhan, apabila Paulus tidak merenungkan apa maksud Tuhan dan tidak mempercayai Tuhan tentulah orang-orang di Makedonia tidak akan mendapat kabar sukacita bukan?

Yang menjadi permasalahan dari rasa kecewa sebenarnya adalah bagaimana cara mengatasinya, supaya kita tidak berlarut-larut dalam kekecewaan.
1.Seberat apapun kita kecewa, tetaplah taat kepada Tuhan.
2.Lewat rasa kecewa itu carilah apa maksud/rencana Tuhan atas diri kita.
3.Tetaplah percaya/imani bahwa rencana/harapan/keinginan kita yang gagal karena rencana Tuhan jauh lebih baik dan lebih benar bagi kita.

Yeremia 29:11 Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.