Minggu, 29 Juni 2008

Bukan Telepon Biasa

Ingat akan slogan di atas?
Jangan heran dengan slogan itu, kita sebagai orang Kristen justru seharusnya lebih bangga karena kitapun seharusna memiliki slogan yang lebih dahsyat, yaitu “TELEPON LUAR BIASA n GRATIS LAGI !!”, tanpa ada syarat-syarat berlaku kapan kita harus telepon dan sebagainya, dan yang penting adalah GRATIS kapanpun kita gunakan.

Ingat yang namanya doa?
Tentu kita mengetahuinya bukan?
Tetapi apakah kita sudah berdoa dan bertekun di dalamnya?

Doa bukan hanya sarana/jalan bagi kita untuk meminta sesuatu kepada Tuhan. Doa merupakan hubungan dua arah antara manusia dengan Tuhan.

Tuhan telah memerintahkan kepada kita untuk selalu berdoa, Tuhan selalu mengundang kita untuk datang kepadaNya siapapun, kapanpun dan bagaimanapun perasaan kita. Dia rindu untuk bersekutu, berdialog dengan kita.

Kenyataan ini seharusnya dapat memotivasi kita untuk mempergunakan lebih banyak waktu datang kepada Tuhan, karena kita ingin memuliakan dan menyukakan hatiNya.

Yeremia 33:3 Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui.

Kura-kura atau Kuro-Kuri?



Bingungkan?
Tak perlu anda kebingungan, keduanya betul.

Kuro adalah nama kura-kura jantanku dan Kuri adalah nama kura-kura betinaku, keduanya merupakan kura-kura Brasil jenisnya Red Ear Slider, ditandai dengan adanya warna merah di setiap sisi kepalanya, karapasnya berwarna hijau dan terdapat garis-garis kuning membentuk pola tertentu. Umur keduanya kira-kira sepuluh tahun lebih, aku memeliharanya sejak mereka kecil seukuran jempol kaki, jadi aku tahu perkembangan dan tingkah laku mereka.

Mana jantan, mana betina:
Kura-kura jantan biasanya memiliki ciri fisik:
1.tubuh jauh lebih kecil dari betina
2.jika dilihat dari samping tubuh cenderung lebih tipis/lebih ceper.
3.ekornya lebih panjang
4.kuku-kuku kakinya panjang-panjang, mungkin digunakan untuk mencengkeram karapas betinanya waktu bereproduksi atau digunakan untuk ritual ‘menari’ saat akan bereproduksi.
5.bagian bawah tubuh akan terlihat cekung, ini mungkin untuk memudahkan saat bereproduksi.
6.ciri-ciri di atas biasanya baru terlihat saat kura-kura sudah besar, nah untuk mengetahui jenis kelamin waktu kura-kura masih kecil, lihat saja pola di bagian bawah karapasnya, jika berpola sedikit bisa dipastika jantan.

Kura-kura betina biasanya memiliki ciri fisik kebalikan dari si jantan:
1.tubuh jauh lebih besar
2.jika dilihat dari samping tubuh cenderung lebih tebal atau cenderung cembung
3.ekornya lebih pendek
4.pola di bagian bawah karapasnya lebih banyak dari yang jantan

Makanannya:
Soal makanan sepertinya kura-kura ini jenis pemakan segala, hewan maupun sayuran mereka suka, contohnya hewan kecil seperti katak, cicak, serangga, ikan-ikan kecil dan kangkung.

Kalau kita mau pelihara agar praktis gunakan saja pakan buatan pabrik untuk kura-kura, tapi kalau diselingi pakan alami jauh lebih bagus, perlu diingat jika diberi pakan hewan hidup misalnya ikan kecil biasanya lama kelamaan akan menyebabkan kura-kura lebih ganas.

Media hidupnya bisa kita gunakan akuarium/kolam diisi air sebatas tubuh kura-kura itu tenggelam kemudian diberi batu atau sesuatu yang muncul di atas permukaan air agar kura-kira dapat berjemur/mengeringkan tubuhnya.

Masa reproduksi
Aku tidak tahu persis, setelah umur berapa tahun kura-kura dapat bereproduksi. Seingatku pada umur 4 atau 5 tahun kura-kuraku sepertinya sudah bertelur, biasanya waktu bertelurnya saat akan memasuki musim hujan sekitar bulan Agustus-September.

Hal yang menarik adalah adanya ritual tarian si jantan untuk menarik perhatian betinanya, yaitu dengan memajukan kaki depannya di samping kepala dan menggetarkannya, ritual ini biasanya berlangsung beberapa hari.

Sayang karena kolamku tidak memadai untuk mendukung reproduksi mereka, telur-telur yang dihasilkan tak pernah menetas, walaupun kolamnya sudah ditambah dengan bagian yang berpasir.

Belajar dari kura-kura yook?
Kura-kura sering digambarkan sebagai makhluk yang lambat tapi memiliki sifat bijaksana.
Jalannya lambat Lambat disini bukan berarti sebuah hambatan tetapi berati waspada, penuh pertimbangan dalam melangkah dan juga tepat waktu disertai kesabaran. Segala sesuatu yang kita kerjakan seharusnya diputuskan dengan bijaksana, tidak tergesa-gesa sehingga hasilnya sesuai dengan rencana dan tepat waktu, dan untuk mewujudkan itu kita butuh kesabaran.
Amsal 14:17 Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, tetapi orang yang bijaksana, bersabar.

Tempurung/karapas sebagai tempat perlindungan. Kura-kura akan memasukkan kaki-kaki dan kepalanya ke dalam tempurung ketika ada bahaya dan menunggu dengan setia sampai bahaya itu lewat. Ada kalanya kita harus berdiam, berpikir, merenungkan, menahan diri dari amarah, untuk kemudian menentukan sikap yang tepat, strategi yang tepat dan tindakan yang benar sehingga kita tidak terjatuh dan beroleh kemenangan.
Pengkhotbah 3:7 ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara;

Jalannya selalu ke depan menandakan ia fokus pada tujuan hidupnya. Yang aku tahu selama mengamati kura-kuraku, mereka tak bisa jalan mundur, jika di depannya ada halangan mereka tak bisa jalan ke samping, mereka hanya bisa berputar menghindar lalu berjalan maju. Lupakanlah masa lalu yang kelam, pandanglah dan jalani tujuan hidup kita ke depan dengan kesungguhan, apa yang bisa kita kerjakan kerjakanlah dengan kesungguhan, baik, benar dan sampai selesai, jangan pernah meninggalkan sesuatu yang belum terselesaikan karena akan menjadi beban kita.
Amsal 4:25 Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka. 26 Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu.27Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan.

Mari bercermin kepada si kura-kura yang bijaksana dan sabar, yang menghargai setiap waktu, setiap kesempatan yang ada untuk hidup lebih baik dan lebih benar di hadapan Tuhan.

Sabtu, 28 Juni 2008

Modalnya seiprit dapetnya segajah!

Demikian salah satu iklan yang biasa kita lihat di TV. Siapa seeh yang tak ingin mendapatkan untung besar dengan hanya sedikit modal? Semua orang tentu mau bukan?

Sehingga teori ekonomi mengatakan (klo tidak salah ya?) berusaha melakukan pengeluaran yang sedikit untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Tetapi pada kenyataannya untuk mendapatkan hasil yang lebih besar maka modalpun harus ditambah lebih besar dari semula.

Sebaliknya di dalam Alkitab, Tuhan telah banyak menunjukkan kepada kita, bahwa justru dengan semakin sedikit modal yang kita miliki semakin mendatangkan hasil yang lebih besar.
Dalam Perjanjian Lama
Akan kita temukan bagaimana Tuhan membantu raja-raja Israel dalam mengalahkan musuh-musuhnya, cukup dengan mengirimkan bala tentara yang jumlahnya sangat sedikit untuk mengalahkan tentara musuh yang jumlahnya sangat besar. Tuhan selalu menyeleksi orang-orang yang boleh ikut berperang, jika jumlahnya terlalu banyak Dia akan memerintahkan kepada raja-raja Israel untuk menguranginya sejumlah yang Tuhan telah tentukan.
Dengan jumlah yang sedikit Tuhan ingin supaya orang Israel tidak memegahkan diri (sombong) dan namaNya dimuliakan oleh orang Israel.

Dalam perjanjian Baru
Baca Matius 14&15, Markus 6&8, Lukas 9, Yohanes 6.
Dengan 7 roti Tuhan memberi makan 4000 laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak, dan tersisa roti 7 bakul.
Dengan 5 roti Tuhan memberi makan 5000 laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak , dan tersisa roti 12 bakul.
Data di atas terlihat menarik buka? Dengan semakin sedikit roti Tuhan justru mampu memberi makan lebih banyak orang!
Jika kita otak-atik bisa jadi Tuhan akan melakukan hal ini:
Dengan 3 roti Tuhan memberi makan 6000 orang dan tersisa 17 bakul?
Dengan 1 roti Tuhan akan memberi makan 7000 orang dan tersisa 22 bakul?
Tuhan selalu menggunakan apa yang kita miliki untuk dilipatgandakan sehingga menjadi suatu berkat yang luar biasa.

Janganlah kuatir akan apa yang kita miliki (kepandaian, kekayaan, pelayanan, dsb), sesedikit apapun, karena Tuhan akan melipatgandakannya.

Indonesia urutan ke-108 dari 177 yang ‘melek huruf’

Sebuah kenyataan yang memilukan bukan?
Sebetulnya pemerintah telah banyak membuat program-program untuk mengentaskan masyarakat dari buta huruf., salah satunya adalah program wajib belajar. Tetapi mengapa jumlah masyarakat yang buta huruf di Indonesia masih banyak?
Bisa dibayangkan bagaimana kualitas SDM bangsa Indonesia, memprihatinkan bukan? Bisa-bisa kita hidup terjajah oleh SMD bangsa lain!

Sama halnya dengan kita, sudahkah kita ‘melek siapa Tuhan Yesus’, sudahkah kita menerima didikan akan Tuhan?
Karena itu didiklah diri kita dalam kebenaran Allah karena Allah adalah sumber hikmat.
Kita harus mau dididik untuk hidup dalam iman.
Terdidik untuk selalu mengandalkan Tuhan.
Terdidik untuk menjadikan firman Tuhan sebagai pedoman hidup kita.
Terdidik untuk hidup dalam doa, karena selama kita berdoa kita beroleh damai, kekuatan, sukacita, jalan keluar.
Terdidik untuk berjalan dalam Roh Tuhan, tidak lagi dalam daging

Amsal 3:11 Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya.

Amsal 4:13 Berpeganglah pada didikan, janganlah melepaskannya, peliharalah dia, karena dialah hidupmu.

Karierku Bagaimana?

Andrei Shevcenko, siapa tak kenal dia? Penggemar sepak bola sejati pasti mengenal sosok pemain yang satu ini. Prestasi yang diukirnya saat bermain di AC Milan begitu luar biasa, banyak gelar ia raih bersama Milan, mulai top score, gelar Scudeto, Juara Liga Champion, Juara Piala Toyota (yang sekarang berubah jadi kejuaraan dunia antar club).

Karena prestasinya inilah membuat Chelsea tertarik untuk mengontraknya, dan akhirnya Sheva main untuk Chelsea. Tetapi apa yang terjadi? Dia tidak mampu memberikan permainan terbaiknya seperti saat membela Milan, dia begitu terpuruk, dia sulit sekali mencetak gol, bahkan pada akhirnya dia hanya dijadikan sebagai pemain cadangan saja, sangat jarang bermain untuk Chelsea.

Mengapa hal itu bisa terjadi ? Banyak faktor yang dapat mengakibatkan seorang pemain tidak dapat menampilkan seluruh kemampuan yang dimiliki saat bermain di klub barunya, misalnya adakah dukungan dari pemain lain sehingga ia dapat bermain dengan baik, suasana tim (kompak di dalam dan luar lapangan), gaya permainan dari tim yang dibela, dan yang tak kalah penting adalah motivasi apakah dia mampu/sadar untuk memanfaatkan bakat yang dimilikinya

Seperti halnya pemain sepak bola yang gagal mengembangkan karier di klub barunya, banyak orang Kristen (termasuk saya pribadi) belum dapat mengembangkan karier sesuai harapan bersama Tuhan. Mereka merasa kebinggungan untuk menjawab, apakah anda sudah melakukan pelayanan kepada Tuhan, apakah anda mau melayani?
Kebanyakan akan menjawab “Saya belum melayani karena tak tahu apa yang dapat saya lakukan, mau menyanyi suara tak merdu…., main musik tak bisa…., mau berbicara kepada orang lain saya bukan tipe orang yang pandai bicara….., lalu bakatku apa ya?”.

Di sinilah sebenarnya peran penting orang-orang di sekitarnya (pendeta, teman gereja/ persekutuan) untuk dapat mendorong seseorang menemukan bakat terpendamnya, sebuah bakat yang mungkin unik yang tidak dapat dimiliki oleh orang lain. Tetapi sering kali dukungan itu tidak seperti yang diharapkan, dia tak pernah dapat menemukan bakatnya, dia mungkin hanya diarahkan untuk melayani seperti kebanyakan pelayanan di gereja, seperti main musik, nyanyi, jadi guru Injil dan sebagainya, yang semuanya itu bukan bakat alaminya sehingga hasilnya tidak maksimal, hanya asal-asalan supaya mendapat julukan “saya sudah melayani”.

Motivasi untuk melayani, juga adalah salah satu faktor yang paling penting. Jika seseorang telah memiliki motivasi maka segala sesuatu akan dia lakukan untuk mewujudkannya. Jika kita sudah tergerak untuk melakukan sesuatu untuk Tuhan walaupun sekecil apapun, jangan hentikan, jangan berkecil hati, segala sesuatu harus dimulai dari yang kecil. Jangan hiraukan jika ada orang yang tidak suka, menganggap itu bukan suatu pelayanan, meremehkan, yang penting kita percaya bahwa itu semua kulakukan karena Tuhan, dan percayalah Tuhan akan turut bekerja sehingga pada akhirnya kita betul-betul melayaniNya.

Langkah praktis mengembangkan karier di dalam Tuhan:
1.Ada baiknya menemukan seseorang / kelompok, tempat atau media yang tepat yang dapat mendukung kita untuk menemukan bakat dan memulai pelayanan,
2.Motivasi, keputusan, komitmen untuk melayani Tuhan harus datang dari hati kita pribadi.
3.Terus didik diri kita di dalam Tuhan, baca, belajar, renungkan Firman Tuhan.
4.Percayakan segala yang kita lakukan kepada Tuhan

II Korintus 9:10 Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu;

Minggu, 22 Juni 2008

Swing Girls

Swing Girls, film produksi Fuji Television Network, Altamira Pictures. Seperti halnya film-film dari Jepang yang banyak diputar di stasiun televisi kita, Swing Girls juga merupakan film yang bagus, layak kita tonton, selain memberi hiburan di dalamnya terdapat suatu pelajaran yang patut kita contoh.
Oh… ya, saya memdapat film ini dari rekan kantor, Octa Bayuwardhani (dia cowok loh .... namanya memang agak ....).

Kisah diawali dengan liburan sekolah di musim panas, sebanyak 15 murid wanita dan seorang murid pria bermaksud membentuk “brass band’ untuk menggantikan anggota brass band sekolah mereka yang sakit keracunan makanan (-sebenarnya keracunan makanan ini terjadi karena ulah dari ke13 murid wanita tersebut (yang 2 tidak terlibat), dan untuk menutupi perbuatan mereka, dengan terpaksa mereka menuruti ajakan seorang murid pria tadi untuk belajar musik tiup guna menggantikan brass band sekolah mereka sebagai pengiring tim baseball sekolah saat bertanding -).

Namanya juga karena terpaksa, awalnya mereka berlatih tidak serius, semau gue, tetapi karena rasa ingin tidak mau kalah dari Sekiguchi maka Tomoko dan kawan-kawan berusaha mengimbangi dan menunjukkan bahwa mereka mampu untuk menguasai alat musik tiup juga. Dari hari ke hari mereka semakin menikmati latihan dan semakin mahir dalam bermain musik.

Sepertinya semuanya berjalan lancar, sampai akhirnya anggota brass band sekolah mereka sembuh dan tentu saja mengambil alih posisi mereka kembali. Hal ini mengakibatkan kekecewaan, kesedihan, kemarahan dari ke15 murid wanita tadi, dan membuat mereka bubar.

Tetapi karena menemukan arti dari bermain musik, membuat 5 orang dari mereka tak patah semangat, mereka mencoba membeli alat musik bekas, dan tetap berlatih, sampai akhirnya yang lainnya kembali bergabung dan terbentuklah Big Band Jazz. Keberadaan mereka semakin kompak dan semakin baik.

Kisah film ini diakhiri dengan keberhasilan mereka mengikuti festival tahunan brass band murid sekolah, dan penampilan mereka mendapat perhatian yang luar biasa dari penonton.

Film ini mengingatkan kita, ada dua macam orang di dunia ini, yaitu orang yang selalu berusaha sehingga sukses dan orang yang berhenti berusaha.

Sama halnya kehidupan rohani kita, seringkali kita malas, tidak patuh terhadap perintah Tuhan, kita melakukan serba terpaksa, semuanya terasa berat, cepat putus asa jika orang menilai kita tidak cakap.

Tetapi dalam kenyataannya, adakalanya hal-hal yang memberatkan kita sedikit demi sedikit akan sirna ketika mulai terbiasa dan semakin hari semakin menikmati keberadaan di dalam Tuhan. Hal ini akan memacu kita untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi Tuhan, apapun dan di manapun kita berada semuanya kita lakukan untuk Tuhan dengan sepenuh hati. Tak perlu ragu, tak perlu malu dengan apa yang kita perbuat walau itu hanya hal-hal kecil yang orang lain memandangnya rendah, karena mereka tidak berhak menghakimi kita, hanya Tuhan sajalah yang berhak menilai kita dan suatu kesuksesan, sesuatu yang indah telah Tuhan siapkan bagi kita.

Di manakah kita saat ini, apakah menjadi orang yang selalu berusaha belajar dan melakukan Firman Tuhan dengan kesungguhan hati atau menjadi orang yang berhenti berusaha tatkala halangan dan rintangan mencoba menggagalkan ketaatan kita kepada Tuhan?

II Petrus 1:10 Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.

“Zona Degradasi” Vs “Zona Scudeto”

Bagi penggemar sepakbola tentunya sudah tidak asing lagi dengan istilah degradasi dan scudeto.
Degradasi berarti suatu tim harus turun ‘kelas’ dalam suatu kompetisi biasanya 4 tim terbawah dalam klasemen, misal dari Divisi I turun menjadi Divisi II.
Sedangkan scudeto merupakan sebutan juara Serie A (kompetisi sepakbola Italia). Keduanya menunjukkan kondisi yang bertolak belakang.

Setiap kesebelasan dalam suatu kompetisi, pastilah berusaha menghindar atau keluar dari zona degradasi, karena mereka tidak mau turun kasta kompetisi, dan berusaha meraih juara.

Persamaan :
Tim yang masuk di kedua zona ini, pasti dengan mati-matian berusaha selalu meraih kemenangan untuk mencapai tujuan mereka yaitu yang satu terhindar dari posisi ‘turun kasta’ dan satunya meraih gelar juara.

Perbedaan :
Berada di zona degradasi jika perjuangan gagal berarti siap turun kasta sehingga mereka harus selalu waspada di setiap pertandingan, sedangkan berada di zona scudeto walaupun melakukan perjuangan yang gigih pula tak jarang tim-tim di zona ini terpeleset, tidak waspada, merasa sudah nyaman dan aman, toh jika tidak juara mereka tetap berada di kompetisi itu dan biasanya mereka tetap berhak mengikuti kompetisi Liga Champion Eropa.

Orang Kristen juga di hadapkan pada situasi yang sama bukan?
Saat iman kita berada di posisi yang sulit, kritis, serba susah kita harus berjuang mati-matian agar iman tumbuh kembali dan keluar dari segala himpitan.
Tetapi ketika kita berada di “zona scudeto” tak jarang kita menjadi teledor, karena merasa memiliki iman yang mantap, kuat dan tahu bahwa Tuhan akan menolong, merasa aman, nyaman, justru dapat membuat kita terlena. Bisa jadi kita keliru mendefinisikan iman itu, sehingga kita beranggapan pokoknya “dalam nama Yesus aku sanggup melakukannya”, “apa yang aku rencanakan pasti akan dikabulkanNya”, dan sebagainya, tanpa memperhatikan situasi yang kita hadapi.

Memang sebagai orang percaya kita yakin Tuhan mendengar doa kita, tetapi dibalik itu semua kita juga harus berusaha mengerjakan apa yang jadi bagian kita. Jangan hanya menunggu Tuhan bekerja, jangan hanya menjadi manja, jangan hanya menuntut, jangan hanya berharap Tuhan akan berbuat hal-hal yang ‘ajaib’ atas hidup kita. Segala sesuatu butuh proses, dan proses itu kitalah yang harus melakukannya karena kita masih di dunia.

Sebagai contoh: Kita ingin punya uang, memiliki kekayaan, lalu kita berdoa kepada Tuhan agar bisa punya uang dan kaya. Di satu pihak kita tak mau bekerja, malas bekerja, atau bekerja asal-asalan tanpa berusaha dengan baik dan benar. Apakah mungkin kita bisa banyak uang dan kaya?

Di sinilah, kadang kala kita harus segera keluar dari ‘zona scudeto’ (zona nyaman) kita, Tuhan mau kita menjadi penerima yang aktif atas segala berkatNya. Tuhan mau kita menjalani proses yang mungkin panjang dan beresiko untuk membawa kita kepada iman yang lebih besar kepadaNya dan lebih mempercayaiNya.

Yakobus 2:22 Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.

Iman yang kokoh

Jepang merupakan salah satu negara yang paling sering dilanda gempa bumi, hal ini dimungkinkan karena letak geografisnya.

Orang Jepang tidak tinggal diam begitu saja menerima kondisi geografis negara mereka, dengan kemajuan teknologi yang mereka punya diadakan riset dan pengembangan untuk menemukan model bangunan yang tahan terhadap gempa.

Mereka yakin telah menemukan model/konstruksi bangunan yang pas untuk menahan gempa sampai pada skala tertentu, karena telah melalui serangkaian uji coba, tetapi kenyataannya tidak demikian, beberapa waktu lalu gempa hebat melanda dan konstruksi bangunan yang dibuat ternyata tidak sekokoh yang diperkirakan. Ada bagian yang terlewatkan dalam merancang konstruksi bangunan itu, sehingga menjadi titik lemah dan bangunan itu roboh.

Sebagai orang Kristen, sama halnya dengan sebuah bangunan yang harus memiliki konstruksi yang kokoh, demikian juga diri kita harus memiliki ‘konstruksi’ yang kokoh di dalam Tuhan agar mampu bertahan melawan pergumulan hidup.

Kita bisa mengukur seberapa kokoh iman kepada Tuhan melalui setiap ‘benturan’, setiap tempaan, kesulitan maupun kelimpahan yang terjadi dalam kehidupan. Apakah kita mampu tetap bersandar dan selalu mengandalkan kekuatan Tuhan, atau justru kita kecewa dan lupa akan kekuatan Tuhan?

Seseorang yang sukses dalam kehidupannya, sukses dalam pelayanannya kepada Tuhan belum tentu ia memiliki iman yang kokoh, mungkin saja muncul kesombongan, keangkuhan dalam hatinya sehingga memegahkan dirinya lupa bahwa semua itu karena campur tangan Tuhan.
Demikian juga orang yang kehidupannya kurang sukses belum tentu ia tidak memiliki iman yang kuat (lemah imannya).

Mengapa kita perlu iman yang kokoh kepada Tuhan?
1.jika kita mengandalkan Tuhan, Dia akan memberi kekuatan bagi kita untuk mampu menjalani hidup di dunia ini dengan penuh kemenangan, penuh suka cita.
2.memberi keselamatan kepada kita, membawa kita menuju surga.

Lewat suka dan duka, lewat cobaan yang kita alami, biarkanlah menjadikan iman kita semakin kuat, semakin kokoh, semakin kita bersandar di dalam Tuhan.

Roma1:16 Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. 1:17 Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."

Jumat, 20 Juni 2008

Semua Kulakukan Karena Aku Percaya

Mengapa kita melakukan sesuatu yang diperintahkan/disarankan oleh orang lain? Banyak jawabannya, salah satunya kita akan melakukan apapun karena percaya kepada orang yang memberi perintah/saran itu. Dalam kondisi apapun asalkan percaya (mungkin kita sudah mengira hasilnya tak sesuai harapan), dapat dipastikan kita akan melakukannya, karena kepercayaan dapat mengalahkan segalanya.

Demikian juga dengan kehidupan rohani kita, mengapa kita mau jadi orang Kristen? Mengapa juga kita mau melakukan perintah-perintah yang diajarkan kepada kita? Tentunya karena kita PERCAYA akan semua hal itu, kita percaya kepada Tuhan Yesus.

Walaupun kita percaya dan telah melakukan perintahNya, itu semua tidak menjamin apa yang kita lakukan akan berhasil sesuai harapan bukan?
Sering kita merasa kecewa kepada Tuhan, seakan-akan Tuhan melupakan kita, mungkin kesusahan, kesedihan, ketakutan sering kali menerpa kehidupan kita.
“Mengapa Tuhan tidak membuatku berhasil, mengapa Engkau tidak mau segera menolongku, padahal aku percaya Engkau?” mungkin demikian kita protes kepada Tuhan.

Tentu saja protes itu tak perlu kita lakukan, bukankah kita percaya bahwa Tuhan selalu ada untuk kita? Diri kita sendirilah yang harus menilai bagaimana cara hidup kita sehari-hari di hadapan Tuhan.
Apakah memang sudah benar-benar seturut perintahNya atau belum?
Apakah sudah benar-benar bersandar kepadaNya?
Apakah rasa percaya kita kepada Tuhan sudah 100%, tidak bimbang, tidak ragu?

Sepatutnya kita punya slogan :
“Semuanya kulakukan untuk Tuhan karena aku percaya kepadaNya; oleh sebab aku percaya kepada Tuhan maka aku melakukan semua perintahNya.”

Tetap bersabar, bertekun dalam segala hal karena sesuatu yang indah, sesuatu yang besar telah menunggu kita.

Ibrani 10:35 Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya.
10:36 Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.

Selasa, 17 Juni 2008

Ingin Cepet …….

Sekarang ini kehidupan manusia dihadapkan dengan segala sesuatu yang serba cepat. Penyebaran informasi semakin cepat dengan majunya teknologi informasi dan komunikasi, orang bepergian dari satu tempat ke tempat lain semakin cepat seiring dengan teknologi transportasi semakin maju, orang ingin makanpun ada makanan cepat saji.

Banyak orang ingin cepat kaya, ingin cepat bekerja, ingin cepat naik jabatan, ingin cepat dapat itu, ingin cepat dapat ini dan sebagainya.
Sering kali banyak orang melakukan segala cara agar segala keinginannya cepat tercapai, tak peduli melanggar hukum, tak peduli merugikan pihak lain, “peduli amat kata orang! yang penting aku cepat ……terpenuhi keinginanku”.

Beberapa waktu lalu aku mendapat suatu pelajaran, teman kuliahku dulu memintaku untuk meminjamkan hasil tugas akhirku, katanya akan dipinjam temannya supaya cepat menyelesaikan kuliahnya agar dapat segera melamar kerja di suatu instansi.
Jawabku “Sebentar aku cari dulu apakah filke-filenya masih ada, soalnya harddiskku pernah rusak.”.

Tetapi seiring berjalankan waktu, aku berpikir :
1.Tugas Akhir itu adalah hasil karyaku, sejelek apapun itu adalah hasil keringatku, hasil jerih payahku selama kuliah aku harus bangga.
2.Betul aku mau menolong orang lain, tetapi lihat dulu apakah caranya baik dan benar ditinjau dari segala hal, secara hukum, secara etika, moral apalagi secara rohani.

Baik dan benar menolong orang dan itu keharusan bagi orang Kristen, tapi dengan meniru karya orang lain dan mengaku karyanya adalah sebuah kesalahan.
Karena tidak mengikuti prosedur yang berjalan di dunia pendidikan, dan seseorang dinyatakan lulus bukan hanya mengerjakan tugas akhir tetapi sebenarnya juga secara moral orang itu dinyatakan lulus, dan yang terpenting adalah jangan membohongi diri sendiri dan orang lain.
Apalagi generasi muda adalah penerus bangsa ini, bagaimana jadinya bangsa ini jika memiliki generasi yang bermental “yang penting aku cepet dapat ini, cepet dapat itu, gak peduli melanggar hukum, merugikan orang lain, pokoknya aku sukses!!”

Akupun memutuskan untuk tidak meminjamkannya, aku ingin tetap memegang prinsipku, kalau itu salah ya jangan dilakukan, kalau benar katakan benar, walapun resikonya temanku akan marah-marah, bahkan tak mau lagi berhubungan denganku.
Benar juga ia marah-marah dan sampai sekarang tidak mau menghubungiku, smsku pun tidak dibalas. Ya ….. sudahlah, tapi satu saranku “menolong orang itu memang benar, tapi harus dengan cara yang benar pula”

Segala sesuatu tidak dapat kita peroleh dengan instan, semua butuh perjuangan, semua butuh pengorbanan, harus dimulai dari bawah, dan semuanya harus dimulai dengan cara yang benar sampai tercapainya tujuan itu, tanpa ada penyimpangan dari arti kebenaran itu sendiri, barulah kita akan menikmati hasil, kesuksesan dan berkat dari Tuhan.
Kita pasti bangga!!

Amsal 24:27 Selesaikanlah pekerjaanmu di luar, siapkanlah itu di ladang; baru kemudian dirikanlah rumahmu.

Wow … aku orang kaya!

Apa benar aku kaya?
Orang tuaku aja, orang tak punya, tidak mampu.
Aku belum punya rumah, (entah apa aku bisa punya rumah?)
Aku belum punya ini…
Aku belum punya itu…
Masakan aku kaya?

Memang benar secara duniawi aku belum memiliki apa yang dimiliki oleh orang lain rumah, mobil, uang yang banyak, ……………dan sebagainya.

Kekayaan yang sejati hanya ada di dalam Kristus, sehingga orang yang ada di dalam Kristus ia adalah orang kaya. Karena Allah yang memiliki dunia seisinya ini.

Bagaimana kita bisa disebut kaya?
1.Kita punya berkat rohani, salah satunya kita akan mempunyai rumah di surga, seperti yang Tuhan Yesus Kristus janjikan.
2.Tuhan memberikan kepada kita hikmat dan pengetahuan, sehingga kita dapat menghadapi berbagai masalah dan hal-hal yang tidak sanggup kita selesaikan dalam hidup ini.
3.Tuhan memberi jaminan/kepastian bahwa kita takkan pernah kekurangan, Dia menyediakan apa yang kita butuhkan, kita tak perlu lagi hidup dalam kekuatiran, tidak lagi hidup dalam iri hati, kedengkian, kita selalu hidup berserah diri kepada Tuhan.

II Korintus 8:9 Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.

Lampu Merah…? Siapa Takut?!

Jarak dari rumahku ke kantor sekitar 25 Km, dengan naik sepeda motor hampir setiap hari kulewati jalur yang sama, kalau dihitung paling tidak aku melewati 11 rambu/lampu lalu lintas, belum lagi tanda-tanda lalu lintas lainnya.

Sering kali kujumpai banyak pengguna jalan yang ngebut, saling serobot, melanggar rambu dan sebagainya, semuanya serba tak teratur, walaupun banyak rambu/tanda lalu lintas yang dipasang di sepanjang jalan, untuk mengatur, untuk menertibkan pengguna jalan agar perjalanan menjadi lancar dan selamat tetapi semua itu mereka nilai sebagai pajangan saja tidak mau menaatinya.
Kadang kala akupun ikut terbawa arus ikut-ikutan melangggar rambu lalu lintas, pikirku karena terpaksa, karena tidak ada polisi, karena ini, karena itulah …… alasan yang mengada-ada saja.

Pada akhirnya kusadar, aku harus mengambil keputusan, mengambil sikap yang benar, tidak mau melanggar rambu, karena aku ingin taat aturan dan tentunya selamat dalam perjalanan. Dan salah satu manfaat terbesar yang dapat kurasakan ketika mematuhi rambu adalah melatih kesabaranku, melatih bagaimana menjaga sikapku selama menanti dalam perjalanan sampai ke tujuan.

Kadang aku berusaha menghitung berapa banyak aku melanggar rambu yang ada, kemudian lain waktu aku harus dapat menguranginya sampai akhirnya aku dapat selalu taat, sekecil apapun aku berusaha tidak menyimpang (-kurang kerjaan aja pake dihitung segala?!-).

Sama halnya dengan kehidupan rohani kita, Tuhan telah menetapkan berbagai aturan yang tidak boleh dilanggar. Tetapi apa yang terjadi?
Sering kali kita melanggarnya, baik itu kita sadari atau tidak, bahkan kalaupun sadar telah melanggarnya sering kali kita menyangkalnya, tidak mau mengakui, dengan berbagai alasan untuk membenarkan diri.

Seberapa sering kita melanggar aturan Tuhan, tak peduli itu pelanggaran kecil atau pelanggaran besar?
Adakah kita menyadari bahwa itu salah dan mengakuinya, bukan sebaliknya kita tidak mau mengakui pelanggaran itu?
Adakah usaha kita untuk memperbaiki diri untuk selalu menaati rambu-rambunya Tuhan?

Amsal 13:13 Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan.

Pernah ditolak?

Bacaan: Lukas 4:16-30.

Kecewa?
Sedih ?
Sakit hati ?
Pasti! Namanya juga manusia, ……wajar gitu loh.

Penolakan dapat terjadi di mana saja, di masyarakat, negara, suatu komunitas atau dari …… seseorang dan dapat menimpa siapa saja.
Penolakan terjadi karena orang tidak mempercayai, tidak tahu, salah menilai, karena kejahatannya, kebiasaan, mengada-ada dan banyak lagi alasan untuk seseorang melakukan penolakan

Tuhan Yesuspun pernah ditolak bahkan di tempat asalNya, Nazaret, bukan hanya sekali dua kali, tetapi berkali-kali, bahkan sampai sekarangpun masih banyak yang menolakNya.

Kita tahu bahwa Tuhan datang ke dunia membawa misi:
1.menyampaikan kabar baik
2.membebaskan para tawanan; orang yang tertawan belenggu dosa.
3.memberi penglihatan bagi orang-orang buta; buta karena tidak tahu kebenaran.
4.membebaskan orang-orang tertindas; tertindas akibat bersandar pada pengertian sendiri, kebiasaan, adat istiadat.
5.memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.

Tetapi mengapa orang-orang Nazaret menolak Tuhan Yesus ?
1.Tidak tahu siapa sebenarnya Tuhan Yesus. Mereka salah menilai, karena menganggap Yesus adalah manusia biasa anak Yusuf.
2.Tidak mau percaya bahwa apa yang dikatakan Tuhan Yesus adalah kebenaran. Mereka tetap mengeraskan hati walaupun Tuhan Yesus menjelaskannya dengan sangat indahnya.

Akibatnya kemarahan melanda orang Nazaret, mereka mengusir dan akan melemparkan Tuhan Yesus ke jurang.
Selalu ada harga yang harus dibayar untuk dapat mengabarkan kabar baik.

Tetapi kita tak perlu ragu, putus asa walaupun kita ditolak, mungkin hanya ada satu orang saja yang menerima kabar baik itu, atau malah tidak ada hasil sama sekali.

Lakukan saja apa yang bisa kita lakukan untuk Tuhan, walapun itu kecil, sederhana, lakukan saja. Bisa lewat perkataan, tulisan dan juga perbuatan nyata kita di tengah masyarakat, serahkan hasilnya kepada Tuhan, Dia yang sanggup mengubah hati, bukan kita.
Jangan merasa rendah diri dan jangan menilai orang lain gagal menuai hasil, karena mungkin hasil itu bukan saat ini kita dapatkan atau mungkin kita tidak tahu bahwa sebenarnya kita telah berhasil.
Jangan pula sombong karena banyak menuai hasil, karena semua itu bukan usaha kita, tetapi hasil usaha Tuhan sendiri.

Berbahagialah kita yang tidak menolak Tuhan Yesus, karena Dia juga tak akan menolak kita untuk masuk KerajaanNya.

Euphorbia …..

Siapa sih tak kenal euphorbia?
Semua pehobi tanaman hias tentu mengenalnya, satu atau dua tahun yang lalu tanaman ini menjadi buruan para pecinta tanaman hias, walaupun masih kalah pamor dengan anthurium. Ciri khas dari tanaman ini adalah batangnya ditutupi oleh duri-duri yang besar dan tentu saja daya tariknya terletak pada bunga yang indah dengan berbagai varian warna.

Kebetulan saya juga mempunyai euphorbia -pemberian dari rekan kerja-, setelah berumur satu tahun (terhitung dari stek) ia mulai berbunga, semakin hari semakin lebat bunga itu dan terlihat begitu indah. Tapi sayang suatu ketika satu persatu daunnya menghilang, akhirnya gundul yang tersisa hanyalah batang berduri tak sedap dipandang mata, ternyata itu semua ulah ulat yang memakan daun euphorbia bahkan ada sebagian batang muda yang ikut dimakan.

Pastilah euphorbiaku menderita, ia harus sanggup bertahan hidup, sanggup segera memunculkan tunas-tunas baru, tumbuh sehat dan lebat hingga akhirnya dapat berbunga lagi dengan indahnya.

Seperti halnya diriku, beberapa waktu lalu hatiku hancur, kesedihan, kekecewaan, kepedihan menerjangku!!
Pikiranku melayang-layang, semua yang pernah kujalani, kualami bagaikan mimpi!!

Tapi, aku tak boleh kalah!
Aku harus menang, aku harus kuat, aku harus bangkit lagi!
Menata hidupku, meraih kembali apa yang kubutuhkan dalam hidupku.

Saat ini euphorbiaku sudah tumbuh dengan lebat, dan hebatnya bunganyapun lebat.
Oh indahnya!!

Aku pun pasti bisa!!

Mazmur 118:14 TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi keselamatanku.

Sabtu, 14 Juni 2008

Cukup satu langkah!!


Hidup penuh perjuangan, hidup harus memilih, setiap pilihan pasti ada resikonya.

Setiap manusia pasti punya rencana, baik rencana kecil maupun besar, rencana jangka pendek, menengah ataupun jangka panjang.

Namanya rencana pastilah dipertimbangkan juga resikonya, baik buruknya, untung ruginya.

Semua orang setelah lulus sekolah/kuliah tentunya ingin bekerja bukan?

Dalam mencari kerjapun tidak asal-asalan, pasti ada kriteria yang kita miliki seperti apa nantinya pekerjaan kita, mulai dari posisi/jabatan, tempat kerja yang nyaman, gaji yang tinggi, fasilitas ok, dan banyak lagi kriteria yang kita inginkan.

Hal itu wajar, sah-sah saja, bahkan karena baru lulus sekolah, sikap masih idealis, tawaran/kesempatan kerja yang datang kepada kita sering kali ditolak dengan alasan kriteria pekerjaan tersebut tidak sesuai standar yang diinginkan.

Penolakan kita terhadap kesempatan kerja yang ada bisa terjadi berulang-ulang dengan alasan titdak sesuai keinginan, sampai pada suatu titik dimana kita sadari waktu berlalu begitu cepat! Berbulan-bulan, bertahun-tahun kita tak kunjung bekerja dengan alasan menunggu pekerjaan yang ‘cocok keinginan kita’.

Hal ini pernah saya alami, berulang kali menolak pekerjaan karena ‘merasa’ pekerjaan itu tidak sesuai yang saya doakan kepada Tuhan. Saya ingin agar Tuhan memberikan pekerjaan yang sama persis dengan apa yang saya doakan, jadi kalau saya ‘rasakan’ tidak sesuai pasti saya tolak dan saya masih bersikeras bahwa Tuhan pasti menjawabnya seperti doa saya. Penolakan demi penolakan akhirnya membuat saya menganggur selama hampir 3 tahun, waktu yang tidak sebentar terbuang percuma bukan?

Memang kita percaya, jika berdoa dengan iman Tuhan pasti akan mengabulkannya, tetapi di sisi lain kita juga percaya bahwa hanya kehendak/rencana Tuhanlah yang jadi. Dengan kedua hal tersebut akhirnya saya ambil keputusan, saya tetap berdoa tetapi saya juga harus bertindak, bukan hanya menunggusaya tidak lagi menunggu! mujizat Tuhan bekerja, tetapi dengan iman saya percaya jika saya bertindak maka ‘mujizat’ Tuhan dapat terjadi!! Biarlah Tuhan melakukan bagianNya sedangkan saya harus melakukan apa yang seharusnya saya lakukan,

Saya bulatkan tekad jika ada kesempatan kerja tidak akan kulewatkan, asalkan pekerjaan itu tidak mendatangkan dosa, dan harus percaya bahwa itu semua adalah rencana indah Tuhan bagi hidup saya. Benar juga, akhirnya saya bekerja dan sekarang memasuki tahun ketiga. Awalnya kondisi pekerjaan ini jauh dari yang saya inginkan, tetapi seiring berjalannya waktu saya tersadar bahwa inilah jalan hidupku yang telah Tuhan rencanakan yang semuanya tak terpikirkan sebelumnya, berkat terus mengalir, dengan pekerjaan ini saya dapat menopang kehidupan keluarga.

Pelajaran yang saya dapatkan dari pengalaman ini adalah

1. Boleh saja saya merencanakan hal-hal yang baik tetapi rencana Tuhanlah yang jadi.

2. Jangan hanya menunggu Tuhan bekerja untuk mengabulkan doa, tetapi saya harus berani mengambil satu langkah awal yang memang menjadi bagianku dalam mewujudkan keinginanku. Tak ada salahnya melangkah jika hal itu bukan dosa/tidak mendatangkan dosa, karena saya percaya Tuhan akan menyertai langkah-langkahku selanjutnya, saya tak boleh takut, tak boleh kuatir, tak boleh ragu! Yesaya 43:2 Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau.

3. Langkah selanjutnya, diri (prinsip) sayalah yang harus berubah, bukan pekerjaan/sesuatu yang saya cari yang harus menyesuaikan keinginanku, tetapi sebaliknya sayalah yang harus menyesuaikan dengan pekerjaan/sesuatu yang saya cari itu. Tuhan telah merencanakan agar saya tidak bergabung dengan perusahaan yang besar, mapan, sudah maju, sudah baik, sudah sempurna, gaji yang jauh lebih besar, tetapi sebaliknya saya ditempatkan Tuhan di perusahaan kecil, yang belum maju, masih kacau, tidak sempurna agar saya punya peranan atas suatu rencana besar Tuhan yang saya tidak tahu, dan itu tidak akan dapat saya temui jika saya bergabung dengan perusahaan besar/mapan, saya tidak akan dapat memberikan peranan yang Tuhan mau. Saya harus bertumbuh bersama-sama dengan perusahaan itu, membangun dari bawah, susah senang bersama, saya harus berani ambil resiko, mungkin pekerjaan itu tidak sesuai harapan, tetapi saya harus yakin Tuhan tidak tinggal diam, rencana Tuhan jauh lebih besar dan benar. Saya ternyata mendapat nilai lebih dari pekerjaan ini, yang sangat mungkin tidak akan saya dapatkan di pekerjaan / di tempat lain jika saya tetap bersikeras bahwa pekerjaan itu harus sesuai dengan kriteriaku. Satu komitmen saya adalah menjadi berkat di perusahaan di mana saya bekerja saat ini!

Tuhan telah merencanakan, Tuhan telah buka jalan, hanya saja semua tergantung kepada saya, apakah saya tetap berpegang kepada rencana saya sendiri dan terus menerus gagal, atau ambil resiko satu langkah awal dengan percaya Tuhan sepenuhnya bahwa Dia sanggup menambahkan nilai lebih terhadap pekerjaan itu.

Kesimpulannya:

Semua cukup diawali dengan satu langkah “Ya, saya menerima kontrak kerja ini.”, selanjutnya minta hikmat dari Tuhan agar dapat bekerja dengan baik dan benar, dan percaya saja Tuhan selalu menyertai dan memberkati.

Beranilah mengambil keputusan, walaupun mungkin awalnya terasa kurang meyakinkan, tetapi percayakanlah kepada Tuhan, keberhasilan telah menunggu kita.

Markus 9:23 Jawab Yesus: "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!"

Oh ……. Lobsterku!!!

Efesus 6:11 Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis;

Beberapa waktu lalu aku tertarik untuk memelihara lobster air tawar di akuarium bersama beberapa ikan hias. Warnanya biru cerah dan sedikit warna merah membuat lobster ini enak dilihat – bukan hanya enak untuk disantap, he he he….-.

Gerakannya cukup gesit untuk menghindar dari sesuatu yang dianggapnya berbahaya. Ada sesuatu yang membuat lobster ini tampak begitu anggun, gagah, perkasa …., ya… ia memiliki sepasang capit. Capit ini ternyata senjata untuk bertahan dari serangan pemangsanya. Ketika diamati saat makan, lobster akan selalu waspada dengan keadaan sekitarnya,senjatanya selalu siap digunakan untuk melawan pengganggunya.

Seringkali ikan-ikan yang ada mencoba menggigit si lobster, namun karena ia memiliki senjata yang ampuh, ikan-ikan itu berhasil diusirnya. Sehingga dari hari ke hari lobsterku bertumbuh semakin besar.

Namun dibalik kulit kerasnya dan senjata ‘capitnya’ ini, ternyata menyimpan suatu kelemahan. Setiap kali bertambah besar ternyata si lobster harus berganti kulit, nah di saat-saat inilah lobster akan berubah menjadi hewan yg sangat tak berdaya – mudah diserang dan dimangsa- tubuhnya akan menjadi sangat lunak sehingga dengan mudah menjadi santapan empuk bagi pemangsanya, oleh sebab itu ia harus mencari tempat perlindungan yg aman, sampai proses pergantian kulit itu selesai dan tubuhnya mengeras kembali.

Hal ini mengingatkanku pada kehidupan manusia. Kita sebagai anak-anak Allah tentunya telah diperlengkapi dengan berbagai persenjataan dari Allah untuk menghadapi pergumulan hidup ini. Setiap saat kita harus siap sedia, selalu memakai perlengkapan tersebut karena setiap saat ‘pemangsa’ siap menerkam kit, jika tidak siap kita akan mudah jatuh dan kalah.

Memang sebagai manusia sulit untuk selalu berada dalam kondisi ‘siap tempur’, perlengkapan ‘perang’ tidak selalu kita pakai. Di saat-saat inilah kita butuh tempat perlindungan yang paling aman dan pasti, yaitu di dalam Tuhan Yesus Kristus.

Jikalau kita ‘jatuh’ segera berlari, cari perlindungan Tuhan, jangan terlambat, jangan mencari perlindungan selain kepadaNya, pasti kita akan menang!!

Efesus 6:13 Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu.

Karena tidak mendapat perlindungan dan tidak memiliki senjata untuk melawan, akhirnya si lobster ……... dimakan ikan!!

Saya dan Anda pasti tidak mau seperti lobster itu bukan?

Tanaman aja tau loh ……!!

Suatu sore pandanganku tertuju kepada beberapa tamanan dalam pot yang terletak di teras rumah, ada sesuatu yang menarik. Daun-daun mereka secara serentak, seirama, seragam tidak mengarah ke atas, tidak juga mengarah ke segala sisi pada umumnya, tetapi mengarah keluar rumah.

Hemm …. akupun teringat saat masih sekolah dulu, tepatnya pelajaran biologi. Waktu itu disuruh mengamati bagaimana ‘perilaku’ tumbuhan terhadap rangsangan di sekitarnya, salah satunya terhadap cahaya/sinar matahari.

Memang sudah kodratnya tumbuhan memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis, suatu proses yang sangat penting untuk kelangsungan hidupnya. Jadi wajar saja jika tanaman di teras rumahku daun-daunnya mengarah keluar rumah mencari datangnya sinar matahari.

Jika di pagi hari aku putar potnya, daun-daun yang sebelumnya mengarah keluar rumah aku hadapkan ke dalam, maka sore harinya saat aku pulang dari kantor daun-daun itu ternyata telah mengarah keluar lagi mencari datangnya sinar matahari. Wow….ternyata tanaman saja tahu mencari siapa dan di mana sumber kehidupannya!

Bagaimana dengan kita?

Siapakah sumber kehidupan kita?

Di manakah kita dapat mencari dan mendapatkannya?

Matius 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Bohong dikit napa?


II Tawarikh 15:7

Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu!"

Raja Asa adalah seorang keturunan Daud, ia salah satu raja yang melakukan apa yang baik dan yang benar di mata Tuhan. Di masa pemerintahannya ia selalu bersandar kepada Tuhan, menghancurkan segala berhala yang dibangun oleh raja-raja sebelum dia, sehingga hidupnya diberkati Tuhan, hidupnya penuh kedamaian, selalu menang dalam peperangan. Tetapi di akhir hidupnya ia mengalami keterpurukan, ia tidak lagi bersandar kepada Tuhan, ia bersandar kepada pengertiannya sendiri akibatnya Tuhan kecewa, hidupnya tidak damai mulai muncul peperangan. Sampai kematiannya ia tidak mau meminta pertolongan Tuhan tetapi mengandalkan diri sendiri dan manusia.

Kejatuhan raja Asa dimulai ketika ia berpikir untuk berdamai dengan raja Aram dan meminta raja Aram untuk membantu mengatasi musuhnya, dengan memberi raja Aram ‘upeti’. Memang strateginya berhasil, ia terbebas dari musuhnya.

Mengapa Tuhan kecewa?

Tuhan kecewa karena sebenarnya Tuhan telah merancang akan menyerahkan semua musuh termasuk raja Aram sendiri ke dalam tangan raja Asa.

Pada waktu raja Asa menghadapi tentara Etiopia dan Libia yang besar jumlahnya, raja Asa dengan iman berseru kepada Tuhan agar menolongnya untuk meraih kemenangan, dan Tuhan mengabulkannya. Tetapi ketika raja Asa menghadapi situasi yang sama saat menghadapi raja Israel dan raja Aram, ia tidak berseru kepada Tuhan, tetapi justru memohon raja Aram untuk tidak melawannya dan membantunya melawan raja Israel.

Di sini tersirat bahwa raja Asa takut kepada musuhnya, kuatir akan keselamatannya, ia lupa bahwa Tuhan pernah menolongnya menghadapi situasi yang lebih berat, ia mengabaikan Tuhan. Mungkin ia berpikir dengan apa yang ia miliki mampu mewujudkan tujuannya, ia memberi raja Aram emas dan perak, pikirnya ia membantu Tuhan untuk mewujudkan doanya (saya percaya bahwa raja Asapun berdoa kepada Tuhan) agar hidupnya penuh kemenangan dan kedamaian yang selama ini dirasakan.

Tindakan raja Asa sering kali kita lakukan. Doa selalu kita panjatkan kepada Tuhan dan Tuhan mengabulkannya karena kitapun selalu bersandar kepadaNya. Tetapi sering kali kebodohan/kesalahan kita lakukan juga untuk ‘membantu’ terwujudnya keinginan, dan menganggap itu semua adalah berkat Tuhan.

Ilustrasi 1:

Kita mencari kerja, tes demi tes kita jalani dengan kesungguhan, doa terus dipanjatkan, sampai suatu ketika muncul kekuatiran kita akan gagal, tidak lagi 100% percaya doa akan dijawab Tuhan, akhirnya memutuskan memberikan uang pelicin, padahal Tuhan telah merancang kita diterima kerja tanpa harus membayar!! Kita telah berbuat dosa, namun tidak sadar (menganggap itu hal biasa, banyak orang melakukannya), dan masih berani berkata Tuhan memberi berkat berupa pekerjaan kepadaku!

Ilustrasi 2

Seorang salesman ditarget dapat menjual 1.000 produk oleh perusahaan tempat kerjanya., karena ia seorang yang takut Tuhan, iapun berdoa supaya target dapat tercapai. Tuhan pun menjawab doanya, bulan-bulan berikutnya target selalu terpenuhi. Perusahaanpun membebaninya dengan target yang lebih tinggi, 1.100. Ia pun seperti biasa berdoa dan bekerja dengan lebih giat lagi, “Puji Tuhan, targetku tercapai!!” soraknya ketika target bulan ini tercapai. Begitu seterusnya, sampai perusahaan menaikkan target yang harus dicapainya, 1.250.

Ia terus berusaha dan ternyata melebihi target, ia mampu menjual 1.500, tetapi mulailah muncul kekuatiran dalam dirinya, bagaimana jika perusahaan menaikkan lagi target penjualan? Tentunya ia harus bekerja dengan lebih keras lagi bukan?

Lalu ia berpikir, mencoba mengikuti saran atau kebiasaan orang, bagaimana caranya target tidak dinaikkan sehingga ia tidak kerja semakin keras, toh gaji yang diterima sudah banyak, dan tentunya lebih mudah memenuhi target seperti sekarang.

Caranya ia melaporkan penjualan bulan ini sesuai target, dan sisa penjualannya dilaporkannya bulan depan, jadi ia masih memiliki ‘tabungan’ untuk mengantisipasi jika penjualan bulan depan tidak memenuhi target. Benar juga, target tetap dapat tercapai dan ia merasa diberkati Tuhan.

Tetapi apakah cara seperti ini benar di mata Tuhan?

Walaupun hasilnya sama yaitu targetnya tercapai, saya berani menjawab itu salah!! Tuhan tidak berkenan. Mengapa?

1. Sudah berbohong, menipu, tidak jujur, memanipulasi data penjualan, seharusnya mampu menjual 1.500 tetapi dilaporkan 1.250, walaupun secara perhitungan total seluruh penjualan akan tetap sama.

2. Perusahaan mungkin berencana untuk menaikkan produksinya, tetapi dengan laporan itu mungkin rencana tersebut batal, ia tidak dapat menjadi berkat di tempat kerjanya!!

3.
Ia sendiri dapat menanggung rugi, apabila harga produk tersebut naik.

4.
Menghalangi berkat Tuhan. Mungkin Tuhan telah merencanakan berkat yang sangat besar baginya, berupa perusahaan akan memberi gaji yang lebih besar, promosi jabatan dan sebagainya. Tetapi karena laporannya itu, perusahaan tidak jadi menaikkan gajinya, tidak ada promosi baginya.

5. Ia kuatir, ia meragukan Tuhan, tidak lagi 100 % percaya kepada kemampuan Tuhan, sehingga memilih caranya sendiri yang dianggap masuk akal.

Janganlah membohongi diri sendiri, walaupun itu hanya sedikit, yang namanya berbohong/tidak jujur baik ‘yang besar’ atau ‘yang kecil’, tetap saja itu dosa.

Beranikah kita selalu bersandar kepada Tuhan apapun situasi yang dihadapi?

Matius 6:34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."

Apakah engkau mengasihi AKU?


Yohanes 21:15a Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?”


Mengasihi (=kasih).

Satu kata yang tak asing lagi bagi orang Kristen bukan?

Bahkan ini adalah ajaran yang paling mendasar dan yang paling utama, yaitu mengasihi Tuhan dan sesama.

Kalau seseorang mengasihi orang lain, ia akan mengerjakan segala sesuatu dengan semangat, dengan sepenuh hati, dengan cinta, dan orang yang mengerjakan dengan cinta ia siap, ia rela untuk mengorbankan segalanya.

Sama halnya jika kita mengasihi Tuhan, pastilah kita akan rela mengorbankan segala sesuatu untuk Tuhan, apapun yang terjadi kita tetap cinta Yesus. Kita juga telah diajar bahwa jika rela mengorbankan segalanya untuk Tuhan, kita justru akan mendapatkannya.

Tuhan ingin komitmen kita, apakah kita mengasihiNya?

Tuhan tidak banyak bertanya, tidak banyak menuntut kepada Petrus, Dia hanya bertanya "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?", bahkan pertanyaan ini diulang sampai tiga kali!

Petruspun menjawab "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau."

Tuhan ingin kepastian jika Petrus mengasihiNya, Petrus pasti akan melakukan apa yang menjadi perintahNya, dan itu cukup bagiNya tanpa Petrus harus menjelaskan, tanpa harus berkata-kata panjang lebar.

Apakah kita sudah benar-benar mengasihi Tuhan?

Yohanes 14:15 "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.

Minggu, 08 Juni 2008

Mesias Bagi Segala Bangsa


Mazmur 2:1-12

Jika kita rajin mengikuti/menyimak berita di media masa, sepertinya tidak ada lagi negara yang selalu damai di dunia ini, semua penuh dengan gejolak.

Demikian juga yang terjadi di Indonesia, setiap hari berita di televisi selalu dihiasi oleh berbagai macam kericuhan, kerusuhan, bentrokan antarelemen bangsa, entah itu rakyat biasa, mahasiswa, aparat keamanan, partai politik, pejabat semua terlibat.

Mereka saling serang, saling sindir, saling menyalahkan, saling ingin menggulingkan dengan berbagai-bagai perkara yang mungkin direkayasa.

Tentu kita bertanya mengapa semua ini bisa terjadi?

1. Karena ingin mencari keadilan, mau menang sendiri, hanya ‘akulah’ yang benar, yang lain salah karena tidak sejalan dengan keinginan ‘aku’.

2. Hilangnya rasa kebersamaan, tidak ada rasa nasionalisme kebangsaan, tidak ada rasa kekeluargaan, yang ada hanyalah individu ‘aku’.

Bagaiman cara mengatasi kekacauan ini?

Sebenarnya secara teori sangat mudah, karena kita orang Kristen, telah mendapat pengajaran ini yaitu ‘KASIH’. I Tesalonika 4:9 Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah.

1. Belajarlah mengembangkan hubungan yang sehat satu dengan lainnya

Sungguh indahnya jika hidup ini damai tidak ada konflik, suatu keluarga akan terasa tentram jika tiap anggotanya saling kasih mengasihi, saling menghargai terhadap yang lain.

2. Belajarlah membangun karakter ilahi

Karakter yang dimaksud adalah kasih, mulailah untuk mengubah diri kita, jangan lagi berpegang sebagai ‘aku’, tetapi peganglah sebagai ‘kamu’, ‘dia’, ‘kami’ atau ‘kita’. Jika kita berpegang kepada ‘aku’ berarti kita bisanya hanya selalu menuntut pihak lain untuk memberi seperti yang kita mau, tetapi jika kita berpegang sebagai ‘bukan aku’ kita dituntut untuk selalu mau memberi, itulah kasih, ia tidak egois!

3. Belajarlah nilai-nilai penting dalam Firman Tuhan

Menggali selalu apa yang terdapat dalam Firman Tuhan, dan lakukan itu! Karena di situlah semua hikmat dan pengetahuan yang dari Allah ada.

Jika kita mau belajar saling kasih mengasihi satu sama lain, pastilah kehidupan keluarga, kehidupan bermasyarakat, bangsa dan dunia ini tidak akan mengalami kekacauan/kerusuhan, Tuhan tidak ingin kekacauan, Tuhan menyayangi segala bangsa..

Berlakulah bijaksana, terima pengajaran, dan beribadahlah kepada Tuhan.

Berbahagialah semua orang yang berlindung pada-Nya!

Hidup Diberkati Tuhan


Mazmur 1:1-6

Apa tujuan hidup anda?

Apa syarat agar anda dapat mencapai tujuan itu?

Lalu ciri-ciri seperti apa agar anda dapat dikatakan telah mencapai tujuan itu?

‘Bahagia’, satu kata yang tentunya tidak asing lagi bagi kita.

Siapa sih yang tidak mau hidup bahagia?

Tentunya setiap manusia ingin hidup bahagia bukan?

Bahagia adalah salah satu tujuan hidup manusia, baik itu secara materi, jasmani maupun secara rohani.

Syarat-syuarat agar diberkati

Menurut alkitab King James Version, juga Contemporary English Version, kata ‘berbahagia’ ditulis dengan ‘diberkatilah’ atau ‘Tuhan memberkati’ (Mazmur 1:1), jadi ‘bahagia’ identik dengan ‘diberkati’.

Lalu bagaimana hidup kita dapat diberkati Tuhan?

1. Orang yang tidak mengikuti nasihat kriminal, tidak berpikiran seperti orang berdosa dan tidak mengikuti pencemooh / menghina Tuhan.

2. Orang yang suka dengan pengajaran Tuhan.

3. Orang yang setia membaca, merenungkan dan melakukan Firman Tuhan setiap saat secara benar.

Ciri-ciri orang yang diberkati

1. ia seperti pohon yang ‘ditanam’……, ini berarti suatu keadaan yang telah direncanakan sedemikian rupa, bukan secara kebetulan pohon itu tumbuh. Tuhan telah menentukan seseorang mendapat berkat, berkat itu diperoleh bukan hanya secara kebetulan atau keberuntungan belaka.

2. Orang yang hidupnya mendatangkan berkat bagi orang lain.

Setelah mendapat berkat dari Tuhan, diharapkan dan seharusnya ia akan selalu menjadi saluran berkat bagi orang lain.

3. Orang yang hidupnya produktif, terus berusaha, selalu bertumbuh sehingga semua yang dilakukan berhasil.

4. Orang yang diberkati selalu menunjukkan kebenaran/keadilan/kejujuran, hidupnya tegak di dalam Tuhan.

Kesimpulannya adalah

Kebahagiaan adalah salah satu tujuan hidup manusia.

Tuhanlah yang merancangkan arah hidup manusia untuk bahagia.

Hidup bahagia identik dengan hidup yang diberkati Tuhan.

Kebahagian bukan karena kefasikan, dosa, kebiasaan jahat, melainkan mengerti dan melaksanakan Firman Tuhan.

Apakah Anda sudah berbahagia?

Apakah aku selalu menepati janjiku?


Suatu ketika temanku ingin membeli notebook, ia memintaku untuk memilihkan notebook yang sesuai dengan kebutuhannya dan tentunya sesuai dengan ‘dana’ yang ada, karena ia berpendapat aku mampu memberi pilihan yang benar. Mendapat kepercayaan dari seorang teman tentu membuat aku senang, tetapi tentunya ada konsekuensi yang harus aku ‘bayar’ yaitu benar-benar sanggup untuk merealisasikannya.

Singkat cerita kami pergi ke pameran komputer (kebetulan sekali waktu itu ada pameran komputer), kami memilih type notebook yang diinginkan dan terjadilah transaksi.

Notebook itu ‘kosong’ (tanpa OS), dan disarankan untuk memakai Windows Vista. Karena sudah mempunyai Windows XP maka kami putuskan untuk tidak memakai Windows Vista karena harus merogoh kocek lebih dalam lagi, dan sebelumnya aku juga memberikan beberapa kemungkinan yang akan terjadi – beberapa masalah yang mungkin akan muncul-, dan juga alternatif pemecahan masalah tersebut.

Setelah aku coba untuk install Windows XP di notebook itu, terjadilah apa yang aku prediksikan sebelumnya, harddisk tidak ditemukan! Mengapa? Karena harddisknya SATA. Sempat muncul kekuatiran temanku, notebook tidak bisa segera dipakai dan kemungkinan harus menggunakan Windows Vista, - harus keluar uang lagi, dech!!.

Menghadapi situasi ini terus terang aku sendiri juga agak kuatir, karena ini kali pertama menginstall notebook berHD SATA. Ceritanya akan lain jika notebooknya memunyai FDD pasti gak akan muncul masalah, tetapi notebook jaman sekarang tak ada FDDnya.

Karena sudah dipercaya dan menyanggupinya tentunya aku harus melunasi janjiku sampai semua urusan selesai. Di sini aku merasa harus membayar ‘harga’ dari apa yang aku janjikan kepada temanku. Memang berat, - karena pengalaman pertama -, lalu bagaimana caranya?

Kami bertanya ke penjualnya, tapi jawaban kurang memuaskan, mereka tetap merekomendasikan Windows Vista. Heeeemm ….. jawaban yang buruk.

Lalu aku lihat CD yang disertakan ternyata ada beberapa driver untuk Windows Xp, kesimpulannya Windows XP pasti bisa diinstall!! Akupun berpikir…………., sampai akhirnya browsing internet, cari artikel untuk install Windows XP di notebook berHD SATA dan puji Tuhan aku menemukan beberapa artikel.

Waktu terus berjalan, tak terasa sudah beberapa hari mungkin seminggu, jadi pastilah temanku kuatir, “Apakah aku benar-benar bisa melakukannya?”, mungkin demikian pikirnya. Setelah aku baca dan pelajari serta melakukan semua persiapan langkah demi langkah yang dibutuhkan, akhirnya aku yakin proses installasi akan berhasil.

Tiba waktunya proses installasi ……………..

Puji Tuhan, rasa syukur aku panjatkan kepadaNya, semua usahaku untuk berpikir, berusaha, meluangkan waktu dan tenaga, juga ada sedikit mengeluarkan biaya, proses instalasi berhasil.

Semua janji yang kuucapkan sudah terbayar lunas, senangnya hatiku, akupun juga mendapatkan ilmu dan pengalaman baru.

Dari pengalamanku tersebut aku renungkan, ternyata kita mudah sekali untuk menjanjikan atau memberikan harapan kepada orang lain, tetapi di sisi lain sering kali kita tidak menepati janji/harapan itu karena kita merasa tidak mampu, tidak mau berusaha, merasa berat untuk ‘membayar harga yang mahal’ untuk melunasi janji/harapan yang kita berikan kepada orang tersebut, padahal orang itu sangat-sangat berharap kita menepatinya.

Seberapa sering kita berjanji/memberi harapan kepada orang lain, dan seberapa sering kita tidak menepati janji/harapan itu?

Jika sering kali kita berjanji tetapi sering pula kita tak menepatinya, sebaiknya saya dan Anda harus kembali menilai pribadi masing-masing.

Seberapa sering kita memikirkan dulu apa akibat dari janji/harapan, sebelum kita berikan kepada orang lain, baik akibat yng akan kita terima dan juga orang tersebut?

Jangan sampai kita terbebani sendiri dan akhirnya lari darinya, dan menempatkan orang lain pada posisi menanti-nanti, berharap selalu pada kita dan mungkin akan timbul rasa sakit hati.

Sanggupkah kita ‘membayar harga’ dari janji/harapan itu dan seberapa jauh usaha kita?

Mampukah dan maukah kita berkorban memberikan apapun yang kita punya untuk dapat memenuhi janji/harapan itu kepada orang lain?

Janganlah kiranya kita memberi janji/harapan yang hanya omong kosong belaka, tetapi berjanjilah dengan sungguh-sungguh karena kita mengasihi, karena kita menghargai kepercayaan yang orang lain berikan kepada kita.

Kita harus semakin bertumbuh dan semakin dewasa melalui janji/harapan yang kita berikan kepada orang lain.

Matius 5:33 Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.